Surat einstein kepada presiden amerika serikat roosevelt
Nama : Fatimatuz Zahroh
NIM/kelas : 17030234061/Kimia B 2017
-Surat einstein kepada presiden amerika serikat roosevelt-
Tanggal 2 Agustus 1939, Albert
Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D
Roosevelt. Surat yang berisi dorongan untuk meneliti atom itu kemudian berperan
besar dalam mengubah dunia sekaligus kehidupan Einstein. Penulisan surat yang
diawali Einstein dengan "dorongan" untuk menyelamatkan dunia dari
ancaman Jerman yang juga punya perhatian pada riset atom itu pada akhirnya
justru memicu kerusakan besar akibat Amerika Serikat yang mengebom Jepang.
Sejarah surat tersebut diawali dari
rangkaian penemuan yang dipublikasikan di jurnal terkemuka Die
Naturwissenschaften dan Nature pada tahun 1939. Publikasi sejumlah fisikawan di
kedua jurnal itu menyita perhatian para ilmuwan karena mengungkap soal reaksi
uranium dan potensinya dalam pembangkitan energi. Para ilmuwan menyadari,
penemuan tersebut bisa menjadi pedang bermata dua. Reaksi inti berantai dengan
uranium bisa membangkitkan listrik efektif tetapi di sisi lain bisa pula menjadi
dasar pengembangan bom atom. Leo Szilard dan Enrico Fermi, fisikawan terkemuka
saat itu, menyadari bahwa sejumlah ilmuwan Jerman juga meneliti soal atom dan
uranium. Hal itu menjadi perhatian sebab saat itu Jerman berada di bawah
kekuasaan Hitler. Sangat mungkin Jerman mengembangkan bom atom dan menggunakannya
untuk menyerang bangsa lain.
Szilard yang juga rekan Einstein
semasa tinggal di Jerman merasa harus mendorong orang di balik Teori
Relativitas itu untuk bertindak. Einstein diminta mengirim surat ke Presiden
Roosevelt. Kala itu, para ilmuwan menilai bahwa keterlibatan Amerika Serikat
pada penelitian nuklir masih sedikit. Ketika diberitahu tentang potensi
pengembangan bom atom dari uranium, Einstein mengatakan pada Szilard,
"Bahkan saya tak memikirkannya." Setelah berdiskusi, Einstein
kemudian menyetujui pengiriman surat pada Roosevelt. Szilard dan Einstein
menyusun naskah surat pada 2 Agustus 1939, tepat 47 tahun yang lalu. Surat dikirimkan
pada 9 Agustus 1939.
Agustus 1939, surat tersebut
akhirnya dibuat dan dikirimkan kepada Presiden Roosevelt. Roosevelt membalas
dengan berterima kasih dan menyatakan bahwa dirinya akan menginvestigasi kemungkinan
penyalahgunaan uranium.
Einstein kemudian mengirimkan dua
surat lagi pada 7 Maret 1940 dan 25 April 1940. Rangkaian surat itu kemudian
mendasari awal penelitian Amerika Serikat soal bom atom, proyek tersebut biasa
dikenal dengan nama "The Manhattan Project". Leo Szilard pun ikut
dalam proyek itu, namun Albert Einstein tetap dalam pendiriannya untuk tidak
terlibat dalam urusan perang. Awalnya, penelitian tak fokus pada pengembangan
skala besar bom atom itu sendiri. Ternyata tak begitu lama setelah surat
tersebut dikirim, PD I berakhir dengan kekalahan Jerman. Hal itu berarti Jerman
belum berhasil membuat bom atom. Albert Einstein pun meminta kepada Presiden
Roosevelt supata "The Manhattan Project" dihentikan, namun hal itu
tidak digubris. Bahkan setelah bom berhasil dibuat. Amerika menggunakan bom
tersebut untuk mengakhiri PD II dengan menjatuhkan "Little Boy" dan
"Fat Man" di kota Hiroshima dan Nagasaki. Kejadian ini membuat dunia
berubah. Pengeboman tersebut membuat Einstein menyesal telah mengirimkan surat tersebut
kepada Roosevelt. Bahkan Einstein menyebutkan bahwa penyesalan terberatnya
adalah mengirimkan surat itu.
Einstein sendiri tak pernah terlibat
langsung proyek itu. Jerman yang awalnya diwaspadai ternyata gagal
mengembangkan bom atom. Justru Amerika Serikat-lah yang akhirnya berhasil.
Punya pengalaman buruk dengan Jepang atas serangan di Pearl Harbor pada 7
Desember 1941, Amerika Serikat merancang serangan balik. Amerika Serikat
kemudian menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus
1945. Serangan yang meluluhlantakkan Jepang itu mengubah peta kekuatan dunia.
Bagi Indonesia, serangan itulah yang kemudian memicu sejumlah pemuda mendorong
proklamasi kemerdekaan. Jepang sudah kalah.
Menyadari kenyataan tersebut,
Einstein sangat menyesal. Dalam wawancaranya dengan Newsweek pada tahun 1947,
Einstein mengatakan, "Kalau saya tahu Jerman akan gagal mengembangkan bom
atom, saya tak akan melakukan apa-apa." Surat Einstein memberi gambaran
akan dua sisi teknologi, memicu perkembangan sekaligus menghancurkan. Rumus
E=MC² adalah rumus yang menyebabkan kehancuran. Saat itu hanya Kehancuranlah
yang diketahui Einstein tentang gunanya rumus yang berhasil dia ciptakan. Namun
setelah Kematian Einstein, teori baru tentang "Penciptaan" lahir,
teori yang juga didasari teori relativias Albert Einstein menjawab bagaimana
Alam semesta ini lahir. Teori ini biasa disebut dengan "Big Bang
Theory" dimana massa tercipta dari suatu energi yang sangat besar. Namun
sayang Albert Einstein tidak sempat mengetahui bahwa rumus E=MC² bukan hanya
tentang kehancuran, namun juga tentang penciptaan.
Rasionalisme
Kata rasionalisme
terdiri dari dua suku kata, yaitu “rasio” yang berarti akal atau pikiran, dan
“isme” yang berarti paham atau pendapat. Rasionalisme ialah suatu
paham yang berpendapat bahwa “kebenaran yang tertinggi terletak dan bersumber
dari akal manusia.” Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan
bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran ini, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Hanya rasio yang dapat
membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang
terang-benderang yang disebut Ideas Claires et Distinctes (pikiran
yang terang-benderang dan terpilah-pilah). Oleh karena itu, rasio dipandang
sebagai alat untuk memperoleh dan sebagai sumber pengetahuan/kebenaran. Adapun
pengetahuan indera dianggap sering menyesatkan.
Aliran rasionalisme dalam
bidang filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir dan
sering digunakan dalam menyusun teori pengetahuan.
· Contoh
: Setya novanto telah di vonis 5 tahun penjara karena sudah terbukti melakukan
korupsi E-KTP
·
Tokoh-tokoh Rasionalisme
1.
Rene Descartes
Descartes dianggap sebagai bapak aliran filsafat
modern. Ia merupakan filosof yang ajaran filsafatnya sangat populer, karena
pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada
akal atau rasio manusia. Descartes menjelaskan kebenaran melalui metode keragu-raguan.
Dalam karyanya Anaxemens Discourse on Methode ada 4 hal yang harus diperhatikan
sebagai berikut :
1.
Kebenaran baru dinyatakan sahih jika benar-benar
indrawi dan realitasnya telah jelas dan tegas (clearly and distincictly),
sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2.
Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah sampai
sebanyak mungkin sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3.
Bimbinglah pikiran dengan teratur (mulai dari yang
sederhana atau mudah diketahui sampai hal yang paling sulit atau kompleks).
4.
Pencarian dan pemeriksaan harus dibuat dengan
perhitungan yang sempurna serta mempertimbangkan secara menyeluruh sehingga
diperoleh keyakinan bahwa tidak ada satupun yang terabaikan atau terlewatkan.
2.
De Spinoza
Baruch Spinoza atau Benedictus de Spinoza merupakan
salah satu pengikut pemikiran Descartes yang menjadikan substansi sebagai tema
pokok dalam metafisika yang sampai saat ini dikenal dengan mazhab rasionalisme.
Spinoza menjawab pertanyaan-pertannyaan kebenaran dengan tentang sesuatu,
menggunakan metode deduksi matematis yang meletakkan definisi aksioma,
proposisi, kemudian berulang membuat pembuktian atau menyimpulkan.
Seperti Descartes, Spinoza juga mengatakan bahwa
kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasaan. Pemikiran adalah jiwa,
sedangkan keluasaan adalah tubuh yang eksistensinya berbarengan.
3.
Gottfried Eilhelm von Leibniz
Leibniz merupakan seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan
sejarawan dengan ide tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep
substansi. Menurut logika Leibniz yang dimulai dari suatu prinsip rasional,
yaitu dasar pikiran yang jika diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan
struktur realitas yang mendasar.
Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan dunia yang
matematis. Dunia yang nyata ini hanya dapat dikenal melaui penerapan
dasar-dasar pemikiran. Tanpa itu manusia tidak dapat melakukan penyelidikan
ilmiah. Teori ini berkaitan dengan dasar pemikiran epistimologis Leibniz, yaitu
kebenaran pasti/kebenaran logis dan kebenaran fakta/kebenaran pengalaman.
Atas dasar inilah yang kemudian Leibniz membedakan dua jenis pengetahuan.
Pertama; pengetahuan yang menaruh perhatian pada kebenaran abadi, yaitu
kebenaran logis. Kedua; pengetahuan yang didasari oleh observasi atau
pengamatan, hasilnya disebut dengan “kebenaran fakta”.
Empirisme
Istilah empirisme
berasal dari kata empiri yang berarti indra atau alat indra, dan
ditambah akhiran isme, sebagai suatu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan/kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan
diperoleh/bersumber dari panca indra manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit
dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan
pengalaman manusia.
Terdapat dua ciri pokok
Empirisme, yaitu mengenai teori makna dan teori tentang pengetahuan. Teori
makna pada aliran empirisme dinyatakan sebagai teori tentang asal
pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Teori yang kedua, yaitu teori
pengetahuan sebagai kebenaran yang diperoleh lewat observasi.
·
Contoh
: 1. Ibu menghitung uang
didompet yang tiba-tiba habis setelah belanja di pasar dengan mengumpulkan
struk dan nota barang belanja untuk ditotal dan akan dimasukkan ke dalam data
pengeluaran belanja bulanan.
2.
Dari kejauhan, Deni sudah menafsirkan bahwa wanita berjilbab itu adalah Yunita,
tapi tomi mengatakan bahwa wanita itu bukanlah Yunita karena di desa ini ada
banyak wanita berjilbab selain Yunita.
·
Tokoh-tokoh
Empirisme
1.
Francis Bacon (1561-1626 M)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang
sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi
dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati. Kata Bacon
selanjutnya, kita sudah terlalu lama dpengaruhi oleh metode deduktif. Dari
dogma-dogma diambil kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang
memperhatikan yang konkret mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan.
2.
Thomas Hobbes(1588-1679 M)
Ia seorang ahli pikir Inggris lahir di Malmesbury.
Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar logika Skolastik dan
Fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beraliran
Aristotelien. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem
materialistis yang besar, termasuk juga kehidupan organis dan rohaniah. Dalam
bidang kenegaraan ia mengemukakan teori teori Kontrak Sosial (Achmadi, 2003).
Materialisme yang dianut Hobbes yaitu segala yang
bersifat bendawi. Juga diajarkan bahwa segala kejadian adalah gerak yang
berlangsung secara keharusan. Bedasarkan pandangan yang demikian manusia tidak
lebih dari satu bagian alam bendawi yang mengelilinginya. Manusia hidup selama
jantungnya tetap bergerak memompa darahnya. Dan hidup manusia merupakan
gerak anggota-anggota tubuhnya. Menurutnya pula akal bukanlah pembawaan
melainkan hasil perkembangan karena kerajinan. Ikhtiar merupakan suatu awal
gerak yang kecil yang jikalau diarahkan menuju kepada sesuatu yang disebut
keinginan, dan jika diarahkan untuk meninggalkan sesuatu disebut keengganan
atau keseganan. Menurutnya pula pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas
pengamatan, yang disimpan didalam ingatan dan digabungkan dengan suatu
pengamatan, yang disipan dalam ingatan dan digabungkan dengan suatu pengharapan
akan masa depan sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa yang lampau
(Hadiwidodo, 2005).
Pendapatnya tentang ilmu filsafat yaitu suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya umum. Karena filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari
sebab-sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta yaitu untuk mencari
sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya
sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.
Menurut Thomas Hobbles berpendapat bahwa
pengalaman indrawi sebagai permulaan segala pengetahuan. Hanya sesuatu
yang dapat disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan
intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan pengabungan data-data indrawi
belaka.
3.
Jhon Locke(1632-1704 M)
John Locke lahir tanggal 29 Agustus 1632 di Wrington/Somersetshire
dan meninggal di Oates/Essex tanggal 28 Oktober 1704. Ia dilahirkan dari
keluarga yang memihak parlemen. Sikap puritan ayahnya sedikit banyak menularkan
kepada anaknya sebuah sikap tidak suka pada aristokrasi (Hardiman, 2007).
Menurutnya segala pengetahuan datang dari
pengalaman, sedangkan akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri.
Seluruh pengetahuan kita peroleh dengan jalan menggunakan dan membandingkan
gagasan-gagasan yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi. Akal manusia
hanya merupakan tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil
penginderaan kita. Sedangkan obyek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau
idea-idea, yang timbulnya karena pengalaman lahiriyah (sensation) dan
pengalaman batiniah (reflection) dalam upaya mencari kebenaran atas
pengetahuan. Reflection itu pengenalan intuitif serta memberi pengetahuan
apakah kepada manusia lebih baik lebih penuh dari pada sensation. Sensation
merupakan suatu yang memiliki hubungan dengan dunia luar tetapi tak dapat meraihnya
dan tak dapat mengerti sesungguhnya. Tetapi tanpa sensations manusia tak dapat
juga suatu pengetahuan. Tiap-tiap pengetahuan itu terjadi dari kerja sama
antara sensation dan reflections. Tetapi haruslah ia mulai dengan sensation
sebab jiwa manusia itu waktu dilahirkan merupakan yang putih bersih; tabula
rasa, tak ada bekal dari siapa pun yang merupakan ide bawaan.
Fokus filsafat Locke adalah antitesis pemikiran
Descrates. Ia menyarankan bahwa akal budi dan spekulasi abstrak agar kita harus
menaruh perhatian dan kepercayaan pada pengalaman dalam menangkap fenomena alam
melalui pancaindera. Pengenalan manusia terhadap seluruh pengalaman yang
dilaluinya seperti mencium, merasa, mengecap dan mendengar menjadi dasar bagi
hadirnya gagasan-gagasan dan pikiran sederhana. Gagasan yang datang dari indra
tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, memercayai dan meragukannya dan
inilah akhirnya disebut bagian aktivitas merenung dan perenungan (Maksum,
2008).
4.
George Berkeley (1685-1753)
George Berkeley lahir pada tanggal 12 Maret 1685 di
Dysert Castle Irlandia dan meninggal tanggal 14 Januari 1753 di Oxford.
Sebagai penganut empirisme mencanangkan teori yang dinamakan
immaterialisme atas dasar prinsip-prinsip empirisme. Ia bertolak belakang
dengan pendapat John Locke yang masih menerima substansi dari luar. Berkeley
berpendapat sama sekali tidak ada substansi-substansi material dan yang ada
hanya pengalaman ruh saja karena dalam dunia material sama dengan ide-ide. Berkeley mengilustrasikan dengan gambar film yang ada
dalam layar putih sebagai benda yang riil dan hidup. Pengakuannya bahwa “aku”
merupakan suatu substansi rohani. Tuhan adalah asal-usul ide itu ada yang
menunjukkan ide-ide pada kita dan Tuhanlah yang memutarkan film pada batin
kita.
Pandangan Berkeley ini sekilas seperti rasionalisme
karena memutlakkan subjek. Jika diperhatikan lebih lanjut padangan ini termasuk
empirisme, sebab pengetahuan subjek itu diperoleh lewat pengalaman, bukan
prinsip-prinsip dalam rasio, meskipun pengalaman itu adalah pengalaman batin.
Selanjutnya, dengan menegaskan tentang adanya sesuatu yang sama dengan
pengertiannya dalam diri subjek dan juga ia beranggapan bahwa dunia adalah
idea-idea kita.
5.
David Hume (1711-1776)
Hume lahir pada tanggal 7 Mei 1711 di Edinburgh
Inggris dan meninggal pada tanggal 25 Agustus 1776. Empirisme mendasarkan
pengetahuan bersumber pada pengalaman, bukan rasio. Hume memilih pengalaman
sebagai sumber pengetahuan. Pengalaman itu bersifat lahiriyah (yang menyangkut
dunia) dan dapat pula bersifat batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Hume
mengkritik tentang pengertian subtansi dan kausalitas (hubungan sebab akibat).
Ia tidak menerima subtansi, sebab yang dialami manusia hanya kesan-kesan saja
tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan.
Kesan adalah hasil pengindraan langsung atas realitas lahiriah, sedang gagasan
adalah ingatan akan kesan-kesan.
Hume membagi kesan menjadi dua: kesan sensasi dan
kesan refleksi. Kesan sensasi adalah kesan-kesan yang masuk ke dalam jiwa yang
tidak diketahui sebab-musababnya. Misalnya (kita melihat sebuah meja kayu):
benda yang saya lihat di depan adalah meja. Kesan refleksi adalah hasil dari
gagasan. Gagasan jika muncul kembali ke dalam jiwa akan membentuk kesan-kesan
baru. Kesan baru hasil pencerminan dari ide sebelumnya inilah yang disebut
dengan kesan refleksi. Misalnya, (kita melihat sebuah meja dari besi): itu meja
besi. Kita dapat menentukan bahwa itu meja walaupun terbuat dari bahan yang
berbeda, karena sebelumnya kita sudah ada kesan sensasi terhadap meja kayu.
Sedangkan ia menolak tentang kausalitas dan
menurutnya bahwa pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak
memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. Hume lebih suka menyebut urutan
kejadian. Jika kita bicara tentang hukum alam atau sebab akibat, sebenarnya
kita membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja,
yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita saja.
Pengalaman lebih memberi keyakinan dibandingkan
kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat. Hukum sebab akibat tidak lain
hanya hubungan saling berurutan saja dan secara konstan terjadi seperti api
membuat air mendidih. Dalam api tidak bisa diamati adanya “daya aktif” yang
mendidihkan air. Daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu tidak bisa
diamati. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan suatu
peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa terdahulu.
Pragmatisme
Pragmatisme adalah
aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa suatu kriteria kebenaran itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya
menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali
tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna
bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat
yang kedua.
· Contoh
: Ketika
seseorang itu tidak menghormati kalian maka abaikan saja mereka sampai mereka
sadar. Mungkin orang itu kasar kepada kalian karena orang tersebut tidak bahagia.
·
Tokoh-tokoh
Pragmatisme
1.
William James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M,
anak Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi,
pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan
intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan
serta mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.
Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha
kreatif untyuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan
kepada Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan
orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab
terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Apa
yang paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut:
Pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua
kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini
saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan
manusianya itu sendiri.
2.
John Dewey (1859-1952 M)
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James,
namun menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan James.
Dewey adalah seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk
memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan
manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan
bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.
Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang
praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum
selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan
meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata
“temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada
hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik
dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut oleh William James.
Komentar
Posting Komentar