Laporan Praktikum Rekristalisasi dan Pembuatan Aspirin


A.  Judul Praktikum                          : Rekristalisasi dan Pembuatan Aspirin
B.  Hari, Tanggal Praktikum            : Kamis, 14 Februari 2019 07.30 WIB
C.  Hari, Tanggal selesai Praktikum : Kamis, 14 Februari 2019 12.00 WIB
D.  Tujuan Praktikum                       :
-       Melakukan rekristalisasi dengan baik
-       Menentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
-       Menghilangkan pengotor melalui rekristalisasi
-       Melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol
-       Melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis dengan baik
E.  Tinjauan Pustaka             :
a.        Pembuatan rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (Wahyudi, 2003).
Rekristalisasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memurnikan zat-zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu secara rutin digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintetis / hasil lokasi dari bahan alami, sebelum dianalisis lebih lanjut, misalkan dengan cara spektrofotometri (UV, IR, NMR, dan MS).
Dalam melakukan proses rekristalisasi terdapat tujuh metode, yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, serta mengeringkan produknya (hasil).
1.    Menentukan pelarut
adalah faktor utama dalam rekristalisasi, karena keberhasilan rekristalisasi tergantung pada penggunaan “pelarut yang sesuai”. Ada beberapa syarat yang diperhatikan dalam pemilihan pelarut, yaitu sebagai berikut :
-       Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan
-       Partikel zat terlarut tidak larut pada pelarut dingin, tapi larut dalam pelarut panas
-       Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya
-       Titik didih pelarut harus rendah. Hal ini akan memperoleh proses pengeringan kristal yang terbentuk
-       Kelarutan merupakan fungsi dari polaritas pelarut dan zat terlarut. “like dissolve like” dimana pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar.
Pelarut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluena, kloroform, aseton, etil asetat, etanol, metanol, dan air.
2.    melarutkan zat terlarut
Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik jenuhnya. Jika dilarutkan terlalu encer, pelarutnya diuapkan sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua pelarut, maka mula-mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan panas sampai larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul kekeruhan. Lalu ditambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhannya hilang, kemudian baru disaring.
3.    Menghilangkan warna larutan
Ketika larutan terjadi perubahan warna maka ditambah dengan norit sebanyak 1-2% berat asam salisilat.
4.    Menyaring larutan
Menyaring larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir, dan lain-lain. Agar penyaringan berjalan cepat biasanya digunakan corong Buchner. Jika larutannya mengandung zat warna pengotor, maka sebelum disaring ditambahkan sedikit (± 2% berat) arang aktif untuk mengadsorpsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorpsi senyawa yang dimurnikan.
5.    Mendinginkan filtrat
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang-kadang pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan yang berupa kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat mempercepat proses kristalisasi.
6.    Menyaring dan mengeringkan kristal
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Kemudian kristal yang diperoleh dikeringkan dalam eksikator.
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Apabila Kristal yang dipisahkan sangat halus, penyaringan dilakukan dengan menggunakan corong Buchner (Anwar, dkk, 1994). Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Endapan yang terdiri dari kristal-kristal, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai (Svehla, 1979).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan Kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).


b.        Pengertian Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat. Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam Sulfat pekat. Pada pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi (Arsyad, 2001).
Aspirin atau asam asetil salisilat adalah turunan asam salisilat. Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula yang terikat pada non-glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam salisilat.Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat  dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Aspirin merupakan salisilat ester yang dapat disintesis dengan menggunakan asam asetat (memiliki gugus COOH) dan asam salisilat (memiliki gugus OH).
Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu oleh suatu katalis asam untuk mempercepat reaksi. Tetapi pada penambahan katalis ini tidak terlalu berefek maka dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksinya. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin.
Persamaan reaksinya:
+ CH3COOH(aq)
 
                                    
kalor
 
                                              

c.         Pembuatan Aspirin
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi, penambahan alkohol berperan untuk melarutkan sedangkan air berperan untuk mengkristalkan dan melakukan uji identifikasi kemurnian aspirin dengan penambahan beberapa tetes larutan FeCl3.
1.    Asam Salisilat
Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat, Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda.
Asam salisilat dapat ditemukan pada banyak tanaman dalam bentuk metal salisilat dan dapat disintesa dari fenol. Asam salisilat berbentuk kristal berwarna putih dan berasa manis. Asam salisilat biasanya digunakan untuk memproduksi ester dan garam yang cukup penting. Asam salisilat menjadi bahan baku pembuatan aspirin (George, 1997).

2.    Asam asetat anhidrida
Asetat anhidrat (CH3CO)2O merupakan larutan aktif, tidak berwarna, serta memiliki bau yang tajam. Asetat anhidrat merupakan suatu senyawa yang memiliki kegunaan yang sangat bervariasi. Asetat anhidrat digunakan dalam pembuatan cellulose asetate, serat asetat, obat-obatan, aspirin, dan berperan sebagai pelarut dalam penyiapan senyawa organik (Cahyono, 1991).
Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik serat kain dan lapisan (Fessenden, 1982).

3.    Asam Sulfat Pekat
Asam sulfat banyak digunakan dalam industri. Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik, larut pada air dan mengeluarkan panas (eksotermis). Uapnya amat iritatif terhadap saluran pernapasan. Digunakan dalam pemrosesan biji mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang (George, 1997)
4.    Alkohol/Etanol
Alkohol yang sering dipakai sebagai pelarut dalam skala laboratorium adalah etanol, yang biasanya juga disebut grain alcohol dan terkadang digunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman yang mengandung alkohol. Selain itu, alkohol jenis ini juga sering digunakan dalam bidang industri dan dunia farmasi (Fessenden, 1982).
Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat fisika etanol  yaitu berat molekulnya 46,07 gr/mold dan mempunyai warna jernih atau tidak berwarna. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.

5.    Ferri Klorida
Besi (III) khlorida berbentuk hablur atau serbuk, berwarna hitam  kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat dan larut dalam air. Ferri klorida bila dilarutkan dalam air dapat mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (George, 1997).

6.    Aquades
Aquades adalah air hasil destilasi/penyulingan sama dengan air murni atau H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral adalah pelarut yang universal. Oleh karena itu air dengan mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena mengandung banyak mineral.
Air suling memiliki sifat fisika yaitu bentuk aquades yang cair, tidak berbau, memiliki berat molekul 18,02 g/mol, aquades tidak berwarna serta memiliki titik didih sebesar 100  (212 ). Sedangkan sifat kimia yang dimiliki aquades yaitu dapat mempercepat (mengkatalis) hampir semua reaksi kimia yang diketahui (Keenan, 1992).
d.        Manfaat Aspirin
1.      Mengatasi demam
Ketika Anda mengalami demam dan gejala penyerta seperti badan ngilu, tablet aspirin dosis tunggal dapat membuat Anda merasa jauh lebih baik. Senyawa anti-piretik dalam obat aspirin dapat mengirimkan sinyal ke otak untuk mengatur suhu tubuh, sehingga demam dapat diatasi.
2.      Obat sakit kepala mujarab
Prostaglandin adalah senyawa yang bertugas mengirim sinyal sakit ke otak, sedangkan aspirin bekerja memblok senyawa ini, sehingga bermanfaat untuk pengobatan sakit kepala. Nyeri kepala sebelah atau migrain pun dapat diatasi oleh aspirin dalam waktu yang relatif cepat.
3.      Baik untuk kesehatan kulit
Tidak hanya bagi kesehatan organ dalam, aspirin juga bermanfaat sebagai obat luar akibat efek anti-peradangan yang dimilikinya. Aspirin dapat menghilangkan jerawat dan bekas gigitan serangga pada kulit. Untuk kebutuhan ini, penggunaan aspirin bukan diminum, melainkan dibuat bentuk adonan/pasta.
Pasta aspirin dapat dibuat dari dua butir aspirin yang dihancurkan, ditambah beberapa tetes air. Cukup oleskan pada jerawat atau bekas gigitan serangga dan biarkan mengering. Setelah itu, bilas dengan air. Hati-hati untuk orang yang sensitif aspirin, karena pasta aspirin bukan menghilangkan noda di kulit, tapi malah justru menimbulkan iritasi.
4.      Menurunkan angka kematian akibat kanker dan perlemakan hati
Liver dapat mengalami perlemakan pada orang-orang yang mengonsumsi alkohol dalam jangka panjang. Aspirin dapat menghambat proses perlemakan hati ini, sehingga tidak terjerumus pada komplikasi yang lebih lanjut yaitu kanker hati. Beberapa penelitian juga dikembangkan untuk mencari manfaat lain dari aspirin. Hasilnya, sebuah penelitian dari John Radcliffe Hospital, Oxford, menunjukkan bahwa obat aspirin dapat mengurangi kematian akibat beberapa jenis kanker.
Angka kematian turun 34% untuk semua kanker dan 54% bagi kanker pencernaan. Setelah 20 tahun, risiko kematian kanker 20% lebih rendah pada kelompok yang diberi aspirin dibandingkan kelompok tanpa aspirin. Namun, penelitian lain masih berlangsung dan diharapkan dapat menyempurnakan hasil tersebut.
5.      Sebagai pengencer darah
Efek anti penggumpalan yang dimiliki aspirin membuat obat ini dapat mengencerkan darah. Ada beberapa penyakit yang dapat dicegah, antara lain penyakit jantung koroner dan penyumbatan vena akibat duduk terlalu lama. Walaupun aspirin dapat membantu mencegah serangan jantung, tetap saja pasien tidak boleh meminum obat aspirin setiap hari tanpa anjuran dokter.
e.         Bahaya Aspirin
2.      Perdarahan organ-organ dalam
Sifatnya yang mengencerkan darah dapat menyebabkan perdarahan di berbagai tempat dalam tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah tak terbatas dan melebihi dosis. Tempat yang paling sering mengalami perdarahan adalah lambung. Gejala yang timbul akibat perdarahan akibat aspirin antara lain nyeri perut hebat, feses yang menghitam, dan urin yang kemerahan.
3.      Aspirin berbahaya untuk anak-anak
Aspirin dapat menyebabkan timbulnya gangguan serius yang disebut dengan Sindroma Reye. Pada sindroma ini, terjadi penimbunan lemak di otak, hati, dan organ tubuh lainnya pada anak, terutama jika obat aspirin diberikan saat anak mengalami cacar air atau flu.
4.      Aspirin berbahaya untuk ibu hamil
Aspirin tidak dianjurkan diminum oleh ibu hamil. Obat ini berbahaya bagi janin karena menyebabkan banyak kelainan bawaan, seperti penyakit jantung bawaan dan mengurangi berat badan lahir. Hal ini karena aspirin mampu menembus lapisan plasenta dan mempengaruhi tumbuh kembang janin.
f.         Reaksi Asetilasi
Asetil adalah gugus molekul kecil yang tersusun dari dua atom karbon, tiga atomhidrogen, dan satu atom oksigen. Asetilasi adalah reaksi kimia di mana molekul-molekul kecil yang disebut gugus asetil  ditambahkan ke molekul lain.Reaksi antara anhidrida asam asetat dan aniline merupakan reaksi asetilasi yangmembentuk amida dalam hal ini asetanilida. Aniline merupakan suatu amina primer (Cahyono, 1991).
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi yang memasukkan gugus asetil ke dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit asam sulfat pekat sebagai katalisator (Cahyono, 1991).
Reaksi asetilasi juga merupakan jalur metabolisme obat yang mengandung fungsi amin pertama hes N-asetilasi tidak banyak meningkatkan kelarutan air. Fungsi utama reaksiasetilasi adalah membuat senyawa menjadi tidak aktif dan untuk diefektifikasi. Kadang-kadang hasil N-asetilasi bersifat lebih reaktif daripada senyawa induk. Faktor-faktor yangmempengaruhi reaksi asetilasi adalah pemanasan. Dengan adanya pemanasan sampaisuhu tertentu, molekul akan putus ikatannya dan terionisasi. Faktor lainnya adalah adanya perbedaan aktivasi enzim.
g.        Reaksi Uji Kemurnian
Uji ini digunakan untuk menguji apakah kristal yang kita dapat itu murni kristal aspirin atau tidak. Sebelum ditambahkan FeCl3, ditambahkan terlebih dahulu alkohol yang bertujuan untuk melarutkan sampel. Namun sampel tidak larut ke dalam alkoholnya, hal ini wajar karena asam salisilat dan aspirin kurang larut dalam volume air yang kecil. Setelah itu ditambahkan FeCl3 kedalam campuran untuk diuji. Asam salisilat membentuk kompleks berwarna ungu dengan penambahan FeCl3 ini. Kompleks ungu ini hanya bisa terjadi antara asam salisilat dengan FeCl3 karena dalam molekul asam salisilat, atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan menyerang atom Fe dengan melepaskan atom H nya untuk membentuk ikatan O-FeCl2. Aspirin tidak membentuk kompleks berwarna ungu dengan uji ini karena struktur aspirin tidak memiliki gugus OH (Wahyudi, 2003).


F.   Alat dan Bahan
·           Alat
1.        Erlenmeyer 250 ml                              1 buah
2.        Gelas ukur 25 ml                                 1 buah
3.        Corong buchner                                   1 buah
4.        Pengaduk kaca                                                1 buah
5.        Corong kaca                                        1 buah
6.        Gelas kimia 1000 ml                            1 buah
7.        Kaca arloji                                           2 buah
8.        Erlenmeyer berlengan 250 ml              1 buah
9.        Pipet tetes                                            secukupnya
10.    Pembakar spirtus                                 1 buah
11.    Termometer                                         1 buah
12.    Alat hisap                                            1 buah
13.    Vial                                                      3 buah
·      Bahan
1.        Asam Salisilat                                      3,5 gram
2.        Aquades                                              secukupnya
3.        Asam asetat anhidrat                           3,75 gram
4.        Asam sulfat pekat                               3 tetes
5.        Etanol 96%                                          7,5 ml
6.        Larutan FeCl3                                                  secukupnya

G. Alur Kerja
1.    Rekristalisasi


 








Text Box: ResiduText Box: Filtrat                               


 










2.    Text Box: 2,5 gram asam salisilat keringPembuatan Aspirin



H.      Hasil Pengamatan
No. Perc
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Dugaan/Reaksi
Kesimpulan
Sebelum
Sesudah
1.
























2.
Rekristalisasi
Pembuatan Aspirin

·    Asam salisilat berbentuk serbuk kristal berwarna putih
·    Aquades tidak berwarna
















·    sam salisilat kering serbuk berwarna putih
·    Asam asetat anhidrida larutan tidak berwarna dan bau menyengar
·    H2SO4 pekat larutan tidak berwarna
·    Etanol 96% larutan tidak berwarna
·    FeCl­3 larutan berwarna kuning
·    Asam salisilat + aquades menjadi larutan keruh
·    Setelah dipanaskan larutan menjadi tidak berwarna setelah ditambahkan 24 ml aquades
·    Setelah disaring terdapat residu berbentuk kristal putih dan filtrat tidak berwarna
·    Filtrat terdapat residu
·    Filtrat yang telah disaring membentuk residu kristal berwarna putih




·    Setelah dipanaskan dalam penangas larutan menjadi keruh
·    Asam asetat anhidrida + asam salisilat kering + H2SO4 pekat menjadi larutan berwarna putih
·    Setelah didinginkan larutan tetap keruh
·    Setelah disaring terdapat kristal berwarna putih (residu)
·     Residu + etanol 96% + aquades menjadi larutan keruh
·    Setelah dipanaskan larutan menjadi tidak berwarna
·    Setelah ditambahkan aquades 0,5 ml larutan tetap tidak berwarna
·    Setelah disaring dengan corong buchner filtrat menjadi larutan keruh berwarna putih
·    Setelah filtrat disaring terbentuk residu berwarna putih
·    Larutan ditetesi FeCl3 berubah menjadi warna ungu sedikit kuning
+ H2O (l)
®

Titik leleh asam salisilat secara teori : 158,60C












+
®
·    Rekristalisasi asam salisilat menghasilkan warna ungu setelah ditetesi FeCl3
·    Rendemen = 0,83%
·    Titik leleh = 1610C














·    Pembuatan aspirin dengan asam salisilat dan asam asetat anhidrida melalui proses asetilasi memiliki titik leleh 1400C
·    Kemurnian aspirin diuji dengan FeCl3 terdapat warna ungu sedikit kuning yang menunjukkan bahwa kristal tersebut mengandung sedikit aspirin.
·    Rendemen = 11,2%
­­­­­

I.     Analisis dan Pembahasan
1.    pembuatan Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah cara pemurnian zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencemarnya. Setiap zat dianggap memiliki kelarutan yang berbeda-beda dalam sebuah pelarut tertentu. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, serta mengeringkan produknya (hasil).
Pada praktikum yang kami lakukan bertujuan agar dapat melakukan rekristalisasi dengan baik, menentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi, dan menghilangkan pengotor melalui rekristalisasi. Pada percobaan kali ini diawali dengan menimbang 1 gram asam salisilat kering yang berupa serbuk berwarna putih, kami dapatkan penimbangan sebanyak 1,045 gram karena mengantisipasi terdapat asam salisilat yang masih nempel di dinding tabung vial, kemudian asam salisilat kering dimasukkan kedalam gelas erlenmayer 125 ml dan ditambahkan 5 ml aquades dan didapatkan larutan asam salisilat yang berwarna putih keruh, setelah itu dipanaskan diatas kompor listrik agar proses pemanasan berjalan dengan cepat sampai pelarut mulai mendidih, campuran larutan tersebut diguncang dan ditambahkan air sampai kristal tepat larut dengan menghitung volume yang ditambahkan. Penambahan air dilakukan karena air merupakan pelarut yang cocok untuk asam salisilat. Pelarut yang cocok adalah pelarut dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi, misalnya pada titik didih pelarut tersebut. Pelarut harus memisahkan secara mudah pengotor-pengotor dan harus mudah menguap, sehingga dapat dipisahkan secara mudah dari materi yang dimurnikan. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh padatan dan pelarut tidak boleh bereaksi dengan zat yang dimurnikan. Aquades yang ditambahkan dalam campuran larutan tersebut dilarutkan dalam pelarut panas dengan volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat larut sekitar titik jenuhnya, dari percobaan ini larutan campuran tepat larut didapatkan volume yang diperlukan sebanyak 24 ml aquades.  Seperti pada persamaan reaksi dibawah ini :
           



Setelah kristal asam salisilat tepat larut maka dilakukan proses penyaringan dalam keadaan panas. Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor  yang tidak larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk  memisahkan zat-zat  pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir, dan lainnya. Agar penyaringan berjalan cepat, biasanya digunakan corong Buchner (Fessenden, 1982). Penyaringan larutan dalam keadaan panas juga karena pembentukan kristal sangat cepat. Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan yang dilakukan di bawah tekanan menggunakan corong buchner yang dilengkapi dengan satu lapis kertas dan saring labu hisap yang disambungkan dengan piston pengeringan yang berfungsi untuk mempercepat pemisahan antara filtrat dengan residu, penyaringan dihentikan ketika tidak ada filtrat yang menetes lagi, dari pemisahan tersebut diperoleh filtrat tidak berwarna dan serbuk kristal. Filtrat kemudian didinginkan pada suhu kamar 25oC sampai terbentuk kristal. Dalam percobaan kami didapatkan pembentukan kristal dengan jumlah yang sangat sedikit, oleh karena itu filtrat kami dinginkan di dalam air, sedangkan menurut teori untuk mempercepat terbentuknya kristal harus didinginkan dalam air es, sehingga kristal yang kami dapatkan sebelum didinginkan dalam air dan setelah didinginkan dalam air tidak terjadi perubahan yang signifikan, setelah pendinginan filtrat didalam air kristal berwarna putih terbentuk
 Filtrat kemudian disaring kembali dengan corong buchner yang dilengkapi dengan kertas saring dan labu hisap yang disambungkan dengan piston pengeringan, penyaringan dihentikan ketika tidak ada filtrat yang menetes lagi, diperoleh sedikit kristal yang terbentuk, kristal tersebut merupakan Kristal murni dari senyawa asam salisilat. Kristal atau residu tersebut kemudian diletakkan diatas kertas saring dan dikeringkan didalam eksikator yang merupakan wadah yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara dan mengandung desikan yang berfungsi menghilangkan air dan kristal hasil pemurnian dan berisi zat pengering untuk mengeringkan zat-zat lain berupa silica gel. Pengeringan didalam eksikator membutuhkan waktu selama 24 jam. Setelah pengeringan selama satu hari tidak terdapat perubahan bentuk maupun warna, bentuk dan warna kristal masih sama yaitu berbentuk seperti jarum dan berwarna putih. Kristal kemudian ditimbang dengan neraca analitik, diperoleh massa kristal yang terbentuk ialah 0,256 gram. Setelah dilakukan penimbangan kemudian dilakukan perhitungan rendemen yang didapatkan dari perhitungan seperti pada rumus berikut ini :
% Rendemen =  x 100%
Didapatkan pengukuran massa asam salisilat akhir sebesar 0,2556 yang dikurangi dengan berat kertas saring sebesar 0,2473 dengan hasil massa asam salisilat akhir sebesar 0,0083 gram. Dari rumus tersebut didapatkan perhitungan rendemen ialah massa asam salisilat akhir sebesar 0,0083 gram dibagi dengan massa asam salisilat akhir sebesar 1 gram dikali dengan 100%, didapatkan hasil rendemen ialah sebesar 0,83%.
Dalam percobaan sebelumnya didapatkan rendemen berkisar antara 50-90%, tetapi dalam percobaan kami hanya didapatkan <1%, kemungkinan karena dalam langkah kerja pada saat pendinginan jika pada suhu kamar masih belum didapatkan filtrat yang terbentuk maka diltrat didinginginkan didalam air es, tetapi pada percobaan kami kemaren hanya melakukan pendinginan di dalam air biasa. Kemudian kristal tersebut dimasukkan kedalam pipa kapiler untuk menghitung titik leleh kristal dari asam salisilat menggunakan melting block yang dilengkapi dengan termometer, didapatkan titik leleh kristal asam salisilat sebesar 161oC sedangkan menurut literatur titik leleh asam salisilat adalah 158,6oC. Setelah semua proses dilakukan, kristal yang dihasilkan dilakukan uji identifikasi kristal rekristalisasi dengan beberapa tetes larutan FeCl3 berwarna kuning untuk menghasilkan perubahan warna menjadi ungu tua. Fungsi pengujian FeCl3 ini bertujuan untuk mengetahui apakah kristal yang dihasilkan telah murni, karena FeCl3 dapat mengikat senyawa fenolik membentuk senyawa kompleks bewarna ungu. Dari hasil percobaan, setelah ditambahkan beberapa tetes FeCl3 didapatkan perubahan warna kristal menjadi warna ungu yang sesuai dengan literatur yang berarti kristal asam salisilat tersebut kandungannya murni asam salisilat.
2.    Pembuatan aspirin
Percobaan kedua yaitu pembuatan aspirin yang bertujuan untuk dapat melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol dan melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis dengan baik. Aspirin dibuat dengan cara esterifikasi, di mana bahan aktif dari aspirin yaitu asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga direaksikan dengan asam asetat glasial bila asam asetat anhidrad sulit untuk ditemukan. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan dengan asam asetat glacial karena asam asetat glacial bersifat murni dan tidak mengandung air, selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari dua asam asetat glacial sehingga pada pereaksian volume semua digandakan (Wahyudi,2003).
  Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mereaksikan bahan-bahan, yaitu alat-alat yang digunakan harus bebas air (kering), jika aspirin yang sudah terbentuk terkena air, maka aspirin akan berubah kembali menjadi asam asetat dan tidak dapat dipakai kembali
Pembuatan aspirin dilakukan dengan cara menimbang 2,5 gram asam salisilat kering berbentuk kristal berwarna putih dengan menggunakan neraca analitik kemudian dimasukkan kedalam erlenmayer 125 ml dan ditambah dengan 3,75 gram asam asetat anhidrida berupa larutan jernih tidak berwarna. Penggunaan utama asam salisilat karena dalam pembuatan aspirin bereaksi dengan asam asetat anhidrida mengubah gugus hidroksil fenolik dari asam salisilat menjadi ester asetil. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Seperti yang dijelaskan pada reaksi dibawah ini :
Setelah itu ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat tidak berwarna yang diambil dari lemari asam, fungsi penambahan asam sulfat pekat  yaitu sebagai katalisator sehingga asam sulfat berfungsi untuk mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga energi yang diperlukan dalam sintesa sedikit sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat, dan asam sulfat pekat juga sebagai zat penghidrasi karena asam sulfat dapat  menghidrasi asam asetat hasil dari pembuatan aspirin yang mengakibatkan asam asetat kehilangan air dan terjadi reaksi kondensasi pembentukan asam asetat anhidrida. Asam asetat anhidrida hasil dari kondensasi bereaksi kembali dengan asam salisilat menghasilkan aspirin dan asam asetat kembali. Hal ini terjadi berulang-ulang dan akan berhenti jika asam salisilat telah habis bereaksi. Larutan kemudian diaduk hingga homogen menjadi berwarna putih, setelah itu larutan dipanaskan dalam penangas air yang sudah disiapkan pada awal praktikum, yaitu dengan memasukkan air kedalam gelas kimia 2000 ml dan dipanaskan diatas kompor listrik dengan dilakukan pengukuran suhu sekitar 50-60oC, karena jika suhu yang digunakan di atas 60 oC maka ester yang terbentuk dapat terurai sehingga aspirin tidak terbentuk dikarenakan titik leleh aspirin di atas 70 oC, dan bila suhu yang digunakan dibawah 50 oC maka reaksi yang terjadi akan berlangsung lambat. Ketika larutan dipanaskan dalam penangas air larutan harus diaduk perlahan selama 5 menit agar dapat larut secara homogen, didapatkan larutan berubah menjadi keruh. Larutan kemudian didinginkan pada suhu kamar 25oC, setelah larutan dingin kemudian ditambahkan air sebanyak 3,75 ml yang bertujuan agar reaksi pembentukan kristal berjalan sempurna dan dimaksudkan untuk menghidrolisis kelebihan asam yang terdapat pada kristal aspirin. Setelah itu larutan disaring menggunakan corong buchner yang dilengkapi dengan satu lapis kertas dan saring labu hisap yang disambungkan dengan piston pengeringan yang berfungsi untuk mempercepat pemisahan antara filtrat dengan residu, penyaringan dihentikan ketika tidak ada filtrat yang menetes lagi, didapatkan residu berbentuk kristal berwarna putih.
Residu yang berupa kristal kemudian dimasukkan kedalam erlenmayer 125 ml kemudian ditambahkan larutan campuran 7,5 ml etanol 96% dan 25 ml air, dari penambahan tersebut terjadi proses rekristalisasi supaya mendapatkan kristal yang bagus dan hasil yang maksimum. Dalam hal ini alkohol berperan untuk melarutkan sedangkan air berperan untuk mengkristalkan. Syarat pelarut rekristalisasi adalah dalam keadaan panas maupun dingin, aspirin tetap larut dalam alkohol sehingga perlu ditambahkan air untuk membantu mengkristalkan aspirin. Akan tetapi penambahan air dilakukan setelah aspirin larut dalam etanol. Karena aspirin akan berubah menjadi asam asetat jika terkena air langsung. Setelah itu larutan dipanaskan diatas kompor listrik yang bertujuan untuk dapat mempercepat gerak dari molekul-molekul dalam larutan sehingga dapat mempercepat laju reaksinya. Didalam alur percobaan perlu ditambahkan air sampai kristal tepat larut dan dilakukan perhitungan pada volume air tersebut, sedangkan pada percobaan kami ketika proses pemanasan berlangsung larutan sudah menjadi jernih tidak berwarna tetapi kami masih tetap melakukan penambahan air sebanyak 0,5 ml untuk menguji apabila masih ada zat yang masih belum larut. Setelah itu filtrat disaring menggunakan corong buchner dan didapatkan filtrat berwarna putih keruh dan terdapat residu berwarna putih. Setelah itu filtat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal kembali kemudian disaring kembali dengan menggunakan corong buchner yang dilengkapi dengan satu lapis kertas dan saring labu hisap yang disambungkan dengan piston pengeringan, didapatkan residu berupa kristal berwarna putih.
Residu berwarna putih yang didapatkan kemudian diletakkan diatas kertas saring kemudian dikeringkan dan disimpan didalam eksikator yang merupakan wadah yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara dan mengandung desikan yang berfungsi menghilangkan air dan kristal hasil pemurnian dan berisi zat pengering untuk mengeringkan zat-zat lain berupa silica gel. Pengeringan didalam eksikator membutuhkan waktu selama 24 jam. Setelah pengeringan selama satu hari tidak terdapat perubahan bentuk maupun warna, bentuk dan warna kristal masih sama yaitu berbentuk seperti kapas yang lembut dan berwarna putih. Setelah itu residu ditimbang dengan menggunakan neraca analitik, diperoleh massa kristal yang terbentuk ialah sebesar 0,6036 gram. Setelah dilakukan penimbangan kemudian dilakukan perhitungan rendemen yang didapatkan dari perhitungan seperti pada rumus berikut ini :
% Rendemen =  x 100%
Untuk menghitung massa aspirin awal maka diperlukan menghitung masing-masing mol dari asam salisilat dan asam asetat anhidrida. Dengan massa asam salisilat sebesar 2,5 gram dibagi dengan massa molekul relatif sebesar 138,12 grm/mol dan didapatkan mol asam salisilat sebesar 0,0181 mol. Massa asam asetat anhidrida sebesar 3,75 gram dibagi dengan massa moelkul relatif sebesar 60 grm/mol dan didapatkan mol asam asetat anhidrida sebesar 0,0625 mol. Dari hasil kedua mol tersebut kemudian dilakukan proses perhitungan kesetembangan kimia, didapatkan mol aspirin sebesar 0,0181 mol. Setelah itu dapat dihitung massa aspirin awal dengan cara mol aspirin dikali dengan massa molekul relatif, yaitu 0,0181 x 180 grm/mol dan didapatkan hasil 3,258 gram. Didapatkan pengukuran massa aspirin akhir sebesar 0,6036 yang dikurangi dengan berat kertas saring sebesar 0,2385 dengan hasil massa aspirin akhir sebesar 0,3651 gram. Setelah itu Dari rumus tersebut didapatkan perhitungan rendemen ialah massa aspirin akhir sebesar 0,3651 dibagi dengan massa aspirin awal sebesar 3,258 gram dikali dengan 100%, didapatkan hasil rendemen ialah sebesar 11,2%.
Kemudian kristal tersebut dimasukkan kedalam pipa kapiler untuk menghitung titik leleh kristal aspirin menggunakan melting block yang dilengkapi dengan termometer, didapatkan titik leleh kristal aspirin sebesar 140oC sedangkan menurut literatur titik leleh aspirin adalah 135oC. Setelah semua proses dilakukan, kristal yang dihasilkan dilakukan uji identifikasi aspirin dengan beberapa tetes larutan FeCl3 berwarna kuning untuk menghasilkan perubahan warna menjadi kuning. Fungsi pengujian FeCl3 ini bertujuan untuk mengetahui apakah kristal yang dihasilkan telah murni, karena FeCl3 dapat mengikat senyawa fenolik membentuk senyawa kompleks bewarna ungu. Dari hasil percobaan, setelah ditambahkan beberapa tetes FeCl3 didapatkan perubahan warna kristal menjadi warna kuning sesuai dengan literatur yang berarti kristal aspirin tersebut kandungannya murni aspirin.
J.      Diskusi
1.      Pada percobaan rekristalisasi yang kami lakukan didapatkan rendemen yang sangat sedikit yaitu <1%, kemungkinan penyebab terjadinya ialah karena kurang telitinya kami saat melakukan percobaan dan penambahan air untuk melarutkan kristal dari asam salisilat pada saat proses pemanasan terlalu banyak.
K.    Kesimpulan
1.      Rekristalisasi asam salisilat menghasilkan warna ungu setelah dilakukan uji kemurnian dengan menambahkan larutan FeCl3, didapatkan randemen sebesar 0,83% dan titik leleh sebesar 161oC, hal ini terdapat perbedaan sebesar 2 oC dari literatur (158,6 oC), sehingga kemurniannya terbukti benar.
2.      Pembuatan aspirin dengan asam salisilat dan asam asetat anhidrida melalui proses asetilasi memiliki randemen sebesar 11,2% dan titik leleh sebesar 140oC, hal ini terdapat perbedaan sebesar 2 oC dari literatur (135oC), sehingga kemurniannya terbukti benar.
3.      Kemurnian aspirin yang diuji kemurniannya dengan larutan FeCl3 terdapat warna kuning yang menandakan bahwa kristal tersebut murni mengandung aspirin.


Daftar Pustaka
Arsyad, Natsir, 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
Cahyono, B. 1991.  Segi Praktis dan   Metode Pemisahan Senyawa Organik.  Semarang : Kimia UNDIP.
Fessenden, R.J.1982. Kimia Organik edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga.
George, Hammond. 1997. Kimia Organik.Bandung : ITB.
Keenan, Charles W. Kleinfelter, Donald C, Wood, Jesse H. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : Kalman Media Pustaka.
Wahyudi, Iskandar, S.M. & Parlan. 2003. Common Text Book Kimia Organik II. Malang : JICA.





LAMPIRAN
1.    Lampiran Jawaban Pertanyaan
·         Rekristalisasi
a.       Terangkan prinsip dasar rekristalisasi!
Jawab :
Prinsip dasar dari rekristalisasi ialah perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan zat pencemarnya. Dengan kata lain yaitu memisahkan kristal dari pengotornya dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
b.      Sebutkan sifat air dan kerja yang harus dilakukan dalam pekerjaan rekristalisasi
Jawab :
c.       Sifat-sifat apakah yang harus dipunyai oleh suatu pelarut agar dapat digunakan untuk mengkristalisasi suatu senyawa organik tertentu?
Jawab :
Pelarut yang dapat merekristalisasi suatu zat tertentu adalah pelarut yang memiliki sifat dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas, dan mengkristalkan zat dalam keadaan dingin. Biasanya senyawa yang dalam keadaan polar direkristalisasi dalam pelarut yang non polar, begitu juga sebaliknya.
d.      Sebutkan minimal 2 alasan mengapa penyaringan dengan labu isap lebih disukai dalam memisahkan kristal dari induk lindinya!
Jawab :
-       Pengguanaan labu hisap lebih efisien dibandingkan penyaringan biasa.
-       Penggunaan labu hisap dapat meminimalkan induk lindi tertinggal pada kristal. Karena penyaringan menggunakan labu isap secara optimal memisahkan kristal dari induk lindinya.
e.       Hitung presentase perolehan senyawa hasil reklistalisasi yang anda lakukan!
Jawab :
Massa asam salisilat awal              : 1 gram
Massa kristal hasil rekristalisasi     : 0,2556 gram
Massa kertas saring                       : 0,2473 gram
Massa kristal                                 : 0,0083 gram
% rendemen =
=
= 0,83 %
·         Pembuatan Aspirin
a.       Buatlah diagram alur tentang praktikum yang akan Saudara lakukan dan presentasikan di depan kelas!
Jawab
Rekristalisasi
Pembuatan aspirin
b.      Tulis reaksi pembuatan aspirin secara lengkap!
Jawab :
 +           
Asam salisilat        +          asam asetat                  aspirin + asam asetat
c.       Apakah yang disebut asetilasi dan apakah fungsi asam sulfat?
Jawab :
Asetilasi adalah proses dimana gugus OH diganti dengan gugus asetil. Fungsi asam sulfat yaitu sebagai katalis untuk mempercepat jalannya laju reaksi.
d.      Apakah fungsi FeCl3 dalam reaksi tersebut dan jelaskan bagaimana membuktikan terbentuknya aspirin?
Jawab :
Fungsi FeCl3 yaitu untuk menguji kemurnian hasil reklistalisasi dan aspirin yang telah dibuat. Cara membuktikannya yaitu, aspirin yang telah dikeringkan dalam eksikator ditetesi 2-3 tetes FeCl3, jika kertas saring berubah warna menjadi kuning, maka dapat disimpulkan bahwa aspirin murni telah terbentuk.
e.       Hitung rendemen hasil percobaan yang diperoleh!
Jawab :
Massa asam salisilat awal              : 2,5 gram
Massa asam asetat anhidrat           : 3,75 gram
Massa kristal hasil reaksi               : 0,6036 gram
Massa kertas saring                       : 0,2385 gram
Massa kristal                                 : 0,3653 gram
mol asam salisilat =
mol asam asetat anhidrat =


asam salisilat + asam asetat anhidrat à aspirin + asam asetat
            m         0,0181 mol                  0,0625 mol                  -                       -
            r           0,0181 mol                  0,0181 mol        0,0181 mol    0,0181 mol
            s                       -                       0,0444 mol        0,0181 mol    0,0181 mol
massa aspirin = 0,0181 mol x 180 gram/mol
= 3,258 gram
Rendemen =

2.      Lampiran Perhitungan
a.      Rekristalisasi
Diketahui:
-        Massa asam salisilat awal                    : 1 gram
-        Massa kertas saring                             : 0,2473 gram
-        Massa kristal hasil rekristalisasi           : 0,2556 gram
-        Massa kristal                                       : 0,0083 gram
Ditanya:
a)      % randemen
b)      Titik leleh
Dijawab:
a)      % rendemen =

         =
         = 0,83 %

b)      Titik leleh asam salisilat menurut teori adalah 158,6°C
Titik leleh asam salisilat saat percobaan = 161°C

b.      Aspirin
Diketahui:
-        Massa asam salisilat awal        : 2,5 gram
-        Massa asam asetat anhidrat     : 3,75 gram
-        Massa kristal hasil reaksi         : 0,6036 gram
-        Massa kertas saring                 : 0,2385 gram
-        Massa Kristal                          : 0,3653 gram
Ditanya: a) % rendemen
   b)Titik leleh
            Dijawab:
a)      mol asam salisilat =
mol asam asetat anhidrat =

  asam salisilat + asam asetat anhidrat à aspirin + asam asetat
            m         0,0181 mol                  0,0625 mol                  -                       -
            r           0,0181 mol                  0,0181 mol        0,0181 mol    0,0181 mol
            s                       -                       0,0444 mol      0,0181 mol      0,0181 mol
massa aspirin = 0,0181 mol x 180 gram/mol
                                                = 3,258 gram
                        Rendemen =

b)      Titik leleh aspirin sesuai teori adalah 135°C
Titik leleh aspirin saat percobaan adalah 140°C

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Open Acces dan Close Acces serta Kelebihan dan Kekurangannya

Laporan Praktikum Alkohol dan Fenol