Laporan Praktikum Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe


A.      Judul Praktikum                           : Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe
B.       Hari, Tanggal Praktikum             : Jum’at, 08 Maret 2019 (07.30 WIB)
C.      Hari, Tanggal Selesai Praktikum : Jum’at, 08 Maret 2019 (12.00 WIB)
D.      Tujuan Praktikum :
1.    Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
2.    Memeilih bahan-bahan ynag dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
3.    Mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dengan cara yang tepat
E.       Dasar Teori
Tanaman jahe termasuk Famili  Zingiberaceae yang merupakan tanaman herba menahun, berakar serabut, dan termasuk kelas monokotil atau berkeping satu. Jahe tumbuh subur di ketinggian 10-1500 m dpl, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500-950 m dpl. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan jahe optimal adalah 25-30oC ) (Halim, 1990).
Morfologi jahe secara umum terdiri atas struktur rimpang, batang, daun, bunga dan buah. Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30-100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15-23 mm dan panjang 8-15 mm. Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya ada tiga jenis jahe yang dikenal, yaitu: jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe) atau jahe putih, jahe  putih kecil atau jahe emprit ( Zingiber officinale var. Amarum), dan jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) atau jahe sunti ( Halim, 1990).
Bagian utama pada jahe yang dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang jahe digunakan secara luas sebagai bumbu dapur dan obat herbal untuk beberapa penyakit. Rimpang jahe mengandung beberapa komponen kimia yang berkhasiat bagi kesehatan. Jahe segar digunakan sebagai anti muntah (antiematic), anti batuk (ntitussive/expectorant ), merangsang pengeluaran keringat, dan menghangatkan tubuh.
Jahe dapat dibuat berbagai produk olahan jahe seperti simplisia, oleoresin, minyak atsiri, dan serbuk jahe. Jahe memiliki sifat khas, yaitu oleoresin dan minyak atsiri. Minyak atsiri dan oleoresin  jahe terdapat pada sel-sel minyak jaringan korteks dekat permukaan kulit (Keenan, 1980).
Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut organik. Menurut Guenther (1987), oleoresin jahe merupakan cairan kental berwarna kuning, mempunyai rasa pedas yang tajam, larut dalam alkohol dan potroleum eter, dan sedikit larut dalam air. Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga dapat dibuat sebagai oleoresin. Kelebihan oleoresin adalah lebih higienis dan memberikan rasa pedas (pungent) yang lebih kuat dibandingkan bahan asalnya.
Minyak jahe merupakan salah satu minyak atsiri yang dapat di isolasi dari rimpang (akar) jahe sebanyak 1,5-3% dari berat jahe kering. Minyak jahe di Negara maju digunakan sebagai campuran pembuatan kosmetik, bahan penyedap makanan, dan sebagai obat. Senyawa penyusun minyak jahe terdiri dari α- pinena, kamfena, 1,8-sineol, bomeol, neral, geraniol, α-kurkumina, α zingeberena, dan β-saskuipellandrena.
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Ketiga jenis itu adalah jahe putih/kuning besar (jahe gajah), jahe  putih/kuning kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Jahe emprit dan jahe merah mengandung minyak atsiri 1,5-3,8% dari berat keringnya dan cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya (Halim, 1990). Tanaman jahe membentuk rimpang yang ukurannya tergantung  pada jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan tampak  berbuku-buku. Rimpang jahe berkulit agak tebal yang membungkus daging rimpang, yang kulitnya mudah dikelupas (Petrucci, 1985).
Jahe kering mengandung beberapa komponen kimia, yaitu pati, minyak atsiri, fixed oil, air, abu, atau serat kasar. Minyak jahe mengandung dua komponen utama, yaitu:
1.    Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk dalam family Pinaceae, Labiatae,  Myrataceae, rutaceae, Piperaceae, Zingiberaceae, Umbelliferae, dan Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar dan rhizome (Petrucci, 1985).
Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap. Meskipun kenyataan untuk memperoleh minyak atsiri dapat juga diperoleh dengan cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik (Hedricson, 1988).
Minyak atsiri membuat tanaman  Zingiber Officinale memiliki bau yang khas ini diperoleh hanya berkisar pada 1-3% dari total massa jahe kering (tergantung jenis  jahe). Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol (sesqueterpen alkohol (C15H26O), yang menyebabkan bau khas minyak jahe). Sedangkan senyawa penyusun dari keduanya adalah n-desilaldehide (bersifat optis dan inaktif), n-nonil aldehide d-camphene, d-α-phellandrene, metal heptenon, sineol,  borneol dan geraniol, lineol, asetat dan kaprilat, sitral, chaviol, limonene, dan fenol zingiberen (senyawa yang paling utama dalam minyak). Selama proses penyimpanan, senyawa pada tanaman jahe akan mengalami proses resinifikasi (Guenter, 1952).
Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol yang menyebabkan bau tajam. Sedangkan senyawa penyusunnya adalah n-desialdehid yang bersifat optis dan inaktif, n-nonil aldehida, d-camphene, d-α-phellandrone, metal heptenon, sineol,  borneol, dan geraniol, lineol, asetat, dan kaprilat, sitral, chaviol, limonene, fenol. Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam minyak selama penyimpanan, persenyawaan akan mengalami resonifikasi. Zingiberol merupakan sesque-terpen alkohol (C15H26O) yang menyebabkan bau khas pada minyak jahe (Fessenden, 1992).
Minyak atsiri yang dihasilkan dari proses ekstraksi merupakan minyak atsiri kasar, sehigga belum siap digunakan oleh industri minyak atsiri seperti industri parfum, kosmetik, dan farmasi. Oleh karena itu jika akan digunakan maka minyak tersebut harus diolah lebih lanjut minsalnya proses fraksionasi deterpensi, isolasi komponen dan retrifikasi atau merakik berbagai jenis atsiri hasil proses tersebut hingga menghasilkan wangian dalam bentuk komponen.
Didalam parfum, minyak atsiri memegang peranan penting sebagai komponen pewangian yang juga merupakan campuran berbagai bahan pewangi yang berasal dari berbagai bahan pewangi yang berasal dari minyak atsiri dan semi sintetik atau senyawa sintetik.
2.        Fixed oil
Jahe mengandung fixed oil sebanyak 3-4% dari total massa jahe kering yang terdiri dari gingerol, shagaol, dan resin. Keempat senyawa tersebut menyebabkan rasa pedas  pada jahe. Senyawa oleoresin dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan  pelarut yang menguap, misalnya aseton, alkohol atau eter. Jumlah komponen dalam oleoresin yang dihasilkan tergantung dari jenis pelarut yang digunakan (Hedricson, 1988).
Fraksi utama dalam jahe dibedakan menjadi fraksi volatil dan fraksi non volatil yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Fraksi
Komponen
Non volatil
Gingerol, shogaol, gingediols, gingediacetates, gingerdiones, gingerenones.
volatil
(-) zingiberene, (+) ar-curcumene, sesquipelandrene, bisabolene, pinene, bomyl acetate, borneol, champhene, cymene, cineol, citral, cumene, elemene, farnesene.

Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan : Distilasi, Ekstrasi dengan pelarut dan pengaliran udara atau aerasi (Robinson,1995). Minyak atsiri biasanya terdapat pada kelenjar minyak tanaman. Menurut Guenther, proses pelepasan minyak atsiri pada distilasi  bagian tanaman didasarkan pada proses hidrodifusi yaitu difusi minyak atsiri dan air panas melalui membran tanaman. Distilasi pada tekanan rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Cara isolasi lain adalah dengan ekstrasi menggunakan suatu pelarut organik. Beberapa minyak atsiri yang  berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air untuk diekstraksi dengan pelarut organik secara efisien. Pelarut organik yang efisien misalnya n-heksana merupakan jenis pelarut organik berfungsi untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi  jernih (Mahmudi, 1997). Setelah diperoleh minyak atsiri, kemudian ditambahkan Natrium Sulfat anhidrat ke dalam gelas beker yang berisi minyak atsiri. Penambahan ini bertujuan untuk mengikat air yang masih bercampur dengan minyak atsiri sehingga diperoleh minyak atsiri yang murni.

Standar mutu minyak atsiri jahe menurut ketentuan EOA (Essential Oil Association) adalah sebagai berikut:


No.
Spesifikasi
Persyaratan
1.       
Warna
Kuning muda-kuning
2.       
Bobot jenis 25/25oC
0,877 - 0,882
3.       
Indeks bias
1.486 - 1.492
4.       
Putaran optik
(-28oC) – (-45oC)
5.       
Bilangan penyabunan
Maksimum 20

·      Pelarut
Petroleum eter adalah pelarut non polar yang merupakan campuran dari hidrokarbon cair yang mudah menguap. Petroleum eter akan melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat kurang polar pada selubung sel dan dinding sel seperti lemak-lemak, terpenoid, klorofil dan steroid. merupakan campuran hidrokarbon (bukan eter sebenarnya) yang atsiri dan mudahterbakar, tidak berwarna, terutama terdiri dari pentana dan heksana. Petroleumeter memiliki titik didih dalam rentang 20-75 °C, titik lebur -73 °C dan memiliki konstanta dielektrikum 2,0-2,2 (Anonim, 2009).
Pada praktikum isolasi minyak jahe dari rimpang jahe menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut n-heksana. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan pelarut non polar yang bersifat stabil dan mudah menguap sehingga memudahkan untuk refluks, selektif dalam menguapkan zat, dan  pelarut yang ringan dalam mengangkat minyak yang terkandung dalam biji- bijian. Pelarut ini memiliki titik didih 69oC sehingga bisa digunakan sebagai  pelarut dalam pemisahan minyak atsiri. Sedangkan minyak jahe memiliki titik didih 140-180oC. Perbedaan titik didih inilah yang dimanfaatkan untuk memisahkan minyak jahe dan pelarut n-heksana. Kadar air jahe basah 86,2%, dan randemen rata-rata minyak jahe yang bisa dihasilkan mampu mencapai 1-3% berat kering, tergantung jenis jahe serta penanganan dan efektivitas proses penyulingan.
            Menurut Guenther (1987), pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi. Pemilihan pelarut pada umumnya dipengruhi oleh faktor-faktor antara lain:

1.      Selektivitas
Pelarut dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan cepat dan sempurna
2.      Titik didih pelarut
Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses pemurnian dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak
3.      Pelarut tidak larut dalam air.
4.      Pelarut bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain.
5.      Harga pelarut semurah mungkin.
6.      Pelarut mudah terbakar.

·      Pengukuran Indeks Bias
Pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia untuk mutu minyak atsiri yang baik, rentang harga indeks bias yaitu berkisar 1,486–1,492. Pengukuran indeks bias ini penting untuk pengukuran sifat dan kemurnian cairan, konsentrasi larutan dan perbandingan komponen dua zat cair yang diekstraksikan dalam pelarut. Indeks refraksi suatu medium ke medium lain biasanya bergantung kepada panjang gelombang. Indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Kenaikan nilai indeks bias menunjukkan peningkatan  panjang rantai karbon, dan jumlah ikatan rangkap. Dengan demikian  peningkatan nilai indeks bias mengindikasikan peningkatan komponen-komponen senyawa kimia yang memiliki susunan rantai karbon panjang atau ikatan rangkap yang banyak (Nuryoto, dkk., 2011).
·      Isolasi Minyak Jahe
Dasar pemisahan pada distilasi adalah perbedaan titik didih cairan  pada tekanan tertentu. Pemisahan dengan distilasi melibatkan penguapan diferesial dari suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material yang menguap dengan cara pendinginan dan pengembunan. Beberapa teknik distilasi lebih cocok untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif di laboratorium dan industri. Sebagai contoh adalah pemurnian alkohol,  pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, pembuatan minyak atsiri dan sebagainya.
Pemisahan dengan distilasi berbeda dengan pemisahan dengan cara  penguapan. Pada pemisahan dengan distilasi, semua komponen yang terdapat di dalam campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat  penguapan (volatilitas) masing-masing komponen berbeda-beda pada suhu yang sama. Hal ini akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang dihasilkan dari suatu campuran cairan akan selalu mengandung lebih  banyak komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi yang berbeda. Pada  pemisahan dengan cara penguapan komponen volatil dipisahkan dari komponen yang non volatil, karena proses pemanasan.
Ekstraksi pelarut meyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat  berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga  banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai paling rumit berupa alat “counter current craig (Soebagio, dkk., 2003).
 


·      Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehinggadiharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Adapun prinsip sokletasi ini yaitu: Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Syarat syarat pela yang digunakan dalam proses sokletasi:
1.      Pelarut yang mudah menguap seperti : n-heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2.      Titik didih pelarut rendah.
3.      Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4.      Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5.      Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6.      Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut –pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa - senyawa trepenoid dan lipid - lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa - senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa-senyawa yang diekstraksi
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya. Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena:
1.      Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali.
2.      Waktu yang digunakan lebih efisien.
3.      Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila :
1.      Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.
2.      Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.
3.      Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang
4.      spesifik.
Keunggulan sokletasi :
1.      Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2.      Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3.      Proses sokletasi berlangsung cepat.
4.      Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5.      Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kelemahan sokletasi :
1.      Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
2.      Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3.      Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap
F.   Alat dan Bahan
·      Alat
1.      Alat ekstraksi Soxhlet                                     1 set
2.      Evaporator                                                      1 buah
3.      Corong pisah                                                   1 buah
4.      Reflakto meter                                                            1 buah
5.      Pembakar spirtus                                             1 buah
6.      Spatula                                                                        1 buah
7.      Statif                                                               1 buah
8.      Klem                                                               2 buah
9.      Gelas kimia 500 mL                                        1 buah
10.  Gelas kimia 100 mL                                        1 buah
11.  Gelas ukur 100 mL                                         1 buah
12.  Batu didih                                                       1 buah


·      Bahan
1.      Natrium Sulfat anhidrat                                  5 gram
2.      Jahe kering                                                      1 buah
3.      Bubuk jahe                                                      10 gram
4.      n-heksana                                                        20 ml

G.      alur percobaan

H.      Hasil Pengamatan
No. Perc
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Dugaan/Reaksi
Kesimpulan
Sebelum
Sesudah
1
·    Serbuk jahe berwarna kuning kecoklatan
·    Berat serbuk jahe 10,004 gram
·    Pelarut n-heksana tidak berwarna
·    Na2SO4 anhidrat tidak berwarna

·    Setelah diekstrak didapatkan hasil ekstraksi berwarna kuning
·    Setelah dievaporasi larutan berwarna coklat
·    Setelah dievaporasi pelarut tidak berwarna
·    Massa jahe sebelum dioven: 1 gram
·    Setelah dioven 1: 0,8 gram
·    Setelah dioven 2: 0,8 gram
·    Setelah dioven 3: 0,6 gram
·    Rendemen minyak jahe secara teori 0,82-2,8% (Suprapti, 2003).
·    Indeks bias minyak jahe secara teori = 1,4679-1,4901 (LPTI BP Kimia Bogor).
·    Indeks bias n-heksana secara teori adalah 1,3725-1,3750 (Anwar, 1999).
·    Kadar air pada jahe secara teori 80-95% (Anwar,1994).
·    Rendemen minyak jahe 0,857%
·    Indeks bias jahe  = 1,447501
·    Indeks bias pelarut (n-heksan) = 1,372907
·    Kadar air 80%
·    Rendemen minyak jahe, indeks bias jahe, indeks bias n-heksana, dan kadar air pada jahe sesuai dengan teori.

I.         Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan kali ini berjudul “Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe”. Jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu jahe merah, jahe gajah dan jahe emprit. Yang digunakan dalam perobaan ini adalah jahe emprit (Zingiber Officinale var Amarum), jahe ini mempunyai ciri utama yaitu ukuran rimpang yang kecil.
Jahe yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah serbuk jahe yang kering. Salah satu proses terpenting dalam pembuatan serbuk jahe ialah dengan cara dikeringkan. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah mengurangi persentase air dalam rimpang jahe karena semakin sedikitnya kadar air pada rimpang jahe, maka akan menghasilkan minyak jahe yang lebih baik karena tidak tercampur dengan air. Pada dasarnya proses pengeringan jahe dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Mutu jahe yang dikeringkan dengan menggunakan oven sangat dipengaruhi oleh suhu dan kecepatan udara pengering. Semakin tinggi suhu dan kecepatan udara pengering, makin cepat pula proses pengeringan yang berlangsung karena energi panas yang dibawa makin besar yang disebabkan jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan makin besar. Namun proses pengeringan jahe tersebut menyebabkan terjadinya penguapan dan kerusakan sebagian senyawa fenol, akibatnya terjadi penurunan aktivitas antioksidan pada jahe. Jadi suhu dan lamanya pengeringan menggunakan oven harus diperhatikan agar tidak merusak kandungan yang ada di dalam rimpang jahe. Sehingga cara tepat untuk mengeringkan jahe dapat dilakukan dengan cara diangin-anginkan. Untuk proses penghalusan menjadi serbuk jahe bertujuan untuk memperbesar luas permukaan jahe, karena semakin besar luas permukaan yang dimiliki oleh jahe, maka pelarut akan lebih mudah dalam melarutkan komponen dari jahe tersebut, sehingga proses ekstraksi akan lebih cepat.
Percobaan dengan judul “Isolasi Minyak jahe dari Rimpang Jahe” bertujuan untuk memilih peralatan dan bahan yang sesuai dengan percobaan yang dikerjakan serta dapat mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dengan cara yang tepat. Pada percobaan ini terdapat dua macam percobaan, yang pertama adalah penentuan rendemen dan indeks bias serbuk jahe, sedangkan yang kedua adalah penentuan kadar air jahe untuk menentukan berat jenisnya.

·                     Penentuan rendemen dan indeks bias serbuk jahe
Penentuan rendemen dan indeks bias serbuk jahe ini bertujuan untuk mengetahui banyak ekstrak yang diperoleh (rendemen) dan mengetahui indeks bias yang dimiliki oleh minyak atsiri maupun n-heksana. Pada percobaan isolasi minyak jahe dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi. Prinsip sokletasi yaitu suatu penyaringan yang dilakukan secara berulang dan disertai pemanasan dengan menggunakan pelarut yang relatif.
Langkah pertama yaitu merangkai alat ekstraksi, serbuk jahe yang dibungkus dengan kertas saring dimasukkan kedalam alat soxhlet agar semua sampel yang diekstraksi dapat terekstrak dengan baik oleh pelarut. Pelarut yang digunakan harus sesuai dengan zat yang ingin diekstraksi, pelarut yang kami gunakan adalah n-heksana.
Pelarut n-heksana digunakan untuk ekstraksi jahe dikarenakan merupakan salah satu pelarut organik yang bersifat non-polar, sehingga bisa melarutkan senyawa yang non-polar seperti senyawa oleoresin yang terdapat dalam jahe. n-heksana juga memiliki sifat tidak mudah menguap dan juga mempunyai sifat yang stabil sehingga sangat cocok digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi (Guenther, 1990). Selain itu titik didih n-heksana yang cukup rendah yaitu 68,5oC Dengan titik didih pelarut yang cukup rendah akan memudahkan proses pemisahan dan pemurnian antara minyak atsiri jahe dengan pelarut n-heksana itu sendiri karena selisih titik didih yang cukup tinggi dibandingkan dengan minyak atsiri yaitu 140-180oC. Dengan titik didih pelarut n-heksana yang cukup rendah, pemisahan dan pemurnian minyak atsiri juga tidak akan merusak senyawa yang terkandung di dalamnya.
Pelarut n-heksana kemudian dimasukkan ke dalam labu ekstraktor (yang sudah berisi batu didih). Fungsi batu didih adalah untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian pelarut. Apabila dipanaskan, pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan, sehingga menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil pada batu didih.
Setelah alat ekstraksi selesai dirangkai, dilakukan pemanasan. Pemanas yang digunakan adalah heating mantel karena dapat menjaga suhu pemanasan agar tetap konstan, dimana pada teknik pemisahan atau pemurnian senyawa ini didasarkan pada perbedaan titik didih dari masing-masing zat dalam campuran. Pemanasan ini menyebabkan terjadinya penguapan dan pendinginan larutan secara sekaligus. Saat larutan dipanaskan, larutan akan menguap karena telah melewati titik didihnya. Uap yang dihasilkan ini kemudian akan mengalir ke dalam kondensor. Ketika uap melewati kondensor, akan terjadi pendinginan sehingga uap berubah kembali menjadi larutan yang kemudian ditampung pada wadah destilat.
Proses ekstraksi berjalan secara sistematis sampai ekstraksi ke-25, Sebelum proses ekstraksi ke-25 warna pelarut yang berada di soxhlet masih menunjukkan warna kuning yang  menandakan masih ada senyawa oleoresin yang belum larut dari serbuk jahe. Setelah ekstraksi ke-25, jahe serbuk sudah terektraksi secara sempurna. Ditandai dengan warna pelarut kembali seperi awal yaitu tidak berwarna.
Setelah didapatkan hasil ekstraksi, langkah selanjutnya adalah proses pemurnian pelarut dari minyak jahe. Pada proses ini digunakan alat evaporator yang bertujuan untuk memurnikan hasil ekstrak berupa minyak jahe dari pelarut. Prinsip dasar dari evaporator yaitu untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Hasil ekstrak jahe yang telah dipekatkan akan berwarna kuning kecoklatan, sisa pelarut n-heksana kemudian ditampung kembali.
Hasil ekstrak jahe kemudian ditambahkan 1 gram padatan Na2SO4 bewarna putih yang sudah dioven selama 5 menit. Fungsi penambahan serbuk Na2SO4 anhidrat ini adalah untuk mengikat sisa air (H2O) dari proses penguapan maupun ekstraksi dari minyak atsiri sehingga dihasilkan minyak jahe dengan kemurnian cukup tinggi. Setelah dilakukan penambahan, dihasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan. Persamaan reaksinya adalah :
Setelah ditambahkan padatan Na2SO4, larutan didekantasi kemudian terbentuk filtrat berwarna kuning kecoklatan dan residu dengan warna yang sama yaitu kecoklatan. Massa minyak atsiri yang dihasilkan adalah sebesar 0,0284 gram sehingga diperoleh rendemen sebesar 0,284%. Berdasarkan rumus massa minyak jahe dibagi dengan massa awal kemudian dikalikan 100 %. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana rendemen minyak atsiri adalah bekisar antara 0,82-2,8% (Suprapti, 2003).
Pengukuran indeks bias dilakukan dengan pengamatan melalui refraktometer. Pengguanakan refraktometer dilakukan dengan cara  membersihkan permukaan prisma dengan menggunakan alkohol dan membilas dengan menggunakan aquades, kemudian menempatkan satu tetes minyak atsiri yang diperoleh pada permukaan prisma lalu. Pengamatan dilakukan melalui lensa dengan memutar-mutar pengatur indeks bias hingga diperoleh suatu garis batas yang jelas antara bidang terang dan gelap yang terletak pada bidang menyilang. Berdasarkan hasil pengamatan, indeks bias minyak atsiri adalah 1,486-1,492 sesuai dengan SNI 06.1312.1998. yang menyebutkan bahwa indeks bias minyak atsiri adalah sebesar 1,477501. Sedangkan untuk n-heksana, indeks bias berdasarkan hasil pengamatan adalah 1,373812 sesuai dengan teori bahwa indeks bias n-heksana adalah 1,3725-1,3750 (Anwar,1994).
Penentuan kadar air jahe
Dalam percobaan ini dilakukan uji kandungan air pada jahe, yaitu dengan cara menimbang potongan jahe yang sudah dibersihkan dan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian di oven pada suhu 110oC selama 10 menit. Hasil massa jahe pada pemanasan didalam oven yang pertama adalah 0,8 gram, kemudian dilakukan pengulangan pemanasan didalam oven berulang-ulang sampai didapatkan hasil yang konstan dengan suhu dan waktu lama pemanasan yang konstan, didapatkan hasil dari pemanasan kedua ialah 0,8 gram, dan yang ketiga ialah sebesar 0,6 gram. Berdasarkan masa konstan ini, dapat diketahui bahwa kadar air dalam jahe yang digunakan adalah sebesar 80%. Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kadar air dari serbuk jahe sesuai dengan literatur yang ada yaitu berkisar antara 80-90% (Anwar, 1994).

J.        Kesimpulan
· Rendemen minyak jahe 0,857%
· Indeks bias jahe  = 1,447501
· Indeks bias pelarut (n-heksan) = 1,372907
· Kadar air = 80%
· Rendemen minyak jahe, indeks bias jahe, indeks bias n-heksana, dan kadar air pada jahe sesuai dengan teori.

Daftar Pustaka

Anwar, Chairil, & Hasmi. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud.
Fessenden, R.J.1992. Kimia Organik edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Guenther. 1952. The Essential Oils. D. Van Norstratd Co.Inc. New York: 2nd ed.
Halim, 1990. Analisis Kimia Kuantitatif edisi 1. Jakarta: Erlangga.
Hedricson. 1988. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintetik. Makassar: Fakultas Farmasi UMI.
Keenan, Charles W. 1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Oxtovy, David W. Dkk. 1999. Prinsio-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern edisi keempat jilid 3. Jakarta: Erlangga.


Lampiran Perhitungan
a.    Isolasi minyak jahe
Diketahui :
·         Massa serbuk jahe  = 10 gram
·         Volume n-heksana  = 10 ml
·         Massa minyak jahe = 0,0284 gram
Ditanya : randemen ?                 
Jawab : randemen               =
                                 =
                                 = 0,284%
b.   Kadar air dalam serbuk jahe
Diketahui :
·         Massa jahe sebelum di oven  = 1 gram
·         Massa jahe setelah di oven 1 = 0,8 gram
                                                        2 = 0,8 gram
                                                        3 = 0,6 gram
Ditanya : % kadar air ?
Jawab : % kadar air =
                                    =
                                    = 20%

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Open Acces dan Close Acces serta Kelebihan dan Kekurangannya

Laporan Praktikum Alkohol dan Fenol

Laporan Praktikum Rekristalisasi dan Pembuatan Aspirin