Laporan Praktikum Alkohol dan Fenol
A.
Judul Praktikum : Alkohol dan Fenol
B.
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 28 Februari 2019 (07.30 WIB)
C.
Hari, Tanggal Selesai Praktikum : Kamis, 28 Februari
2019 (12.00 WIB)
D.
Tujuan Praktikum:
1. Membedakan sifat-sifat antara alkohol dan fenol
2. Mengetahui jenis-jenis reaksi dan pereaksi yang dapat
digunakan untuk membedakan antara senyawa alkohol dan fenol.
E.
Kajian Teori
a.
Alkohol
·
Pengertian
Alkohol adalah
senyawa yang mempunyai rumus umumR-OH dimana R adalah gugus alkil alkenil, atau
alkunal. Gugus ini dapat merupakan rantai terbuka, rantai tertutup (siklis) dan
dapat mempunyai ikatan rangkap atau mengikat gugus aromatik. Alkohol merupakan
senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil –OH sebagai gugus fungsi sebagai
pusat kereaktifan dan sifat suatu molekul (Wardiyah, 2016).
Alkohol merupakan
isomer fungsional yaitu mempunyai rumus molekul sama tetapi gugus funsionalnya
berbeda. Untuk alkohol ada juga yang bersifat optis aktif yaitu dapat memutar
bidang polarisasi cahaya cahaya yaitu alkohol yang mempunyai atom karbon
asismetris (C khiral) yaitu keempat gugus yang terikat berbeda satu sama lain.
Struktur alkohol
diperoleh dengan menggantikan satu atom H dengan gugus –OH. Alkohol merupakan
turunan dari alkana, penamaan alkohol juga disesuaikan dengan nama alkana yaitu dengan mengubah akhiran -a pada alkana
dengan -ol. Misalkan metana menjadi metanol, etana menjadi etanol.
Sebagai turunan
alkana maupun air dan terdiri dari molekul polar, alkohol dapat menyerupai
sifat keduanya. Alkohol lebih rendah mempunyai sifat yang menyerupai air karena gugusan hidroksil (-OH) mengambil
bagian yang lebih besar dan dapat membentuk ikatan hidrogen antar
molekul-molekulnya, hal ini dapat mengakibatkan titik didih maupun kelarutan
alkohol dalam air cukup tinggi. Sedangkan alkohol yang lebih tinggi terutama
yang menyerupai sifat-sifat alkana hanya sedikit larut dalam air tetapi lebih
mudah larut dalam pelarut organik (Fessenden & Fessenden, 1982).
Selain dipengaruhi
oleh ikatan hidrogen, kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya
gugus alkil, banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada
atom karbon. Seperti air, alkohol adalah asam atau basa sangat lemah. Pada
larutan encer dalam air, alkohol mempunyai pKa yang kira-kira sama dengan pKa
air. Namun dalam keadaan murni keasaman alkohol jauh lebih lemah daripada air.
Hal ini disebabkan karena alkohol mempunyai tetapan elektrik yang rendah.
Akohol dapat bereaksi dengan logam alkali (natrim dan kalium) menghasilkan
alkoksida. Reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks. Makin besar gugus alkali
(R-), makin berkurang kareaktifannya.
·
Rumus umum
Alkohol rantai rendah
(C1-C5) mempunyai sifat yang menyerupai sifat air karena gugus hidroksil (-OH)
mengambil bagian yang lebih besar dalam molekulnya, sedangkan alkohol yang
lebih tinggi dari (C6 ke atas) terutama mempunyai sifat alkana, hanya sedikit
larut dalam air, tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Sifat lain dari
alkohol dapat di tentukan oleh letak gugus hidroksil pada atom C, yang dikenal
sebagai alkohol primer R-OH, alkohol sekunder R2CH-OH dan alkohol tersier
R3C-OH (Sahidin dkk, 2011).
Rumus umum golongan
senyawa alkohol juga dapat ditulis CnH2n+1–OH.Pada kasus substitusi alkena dan
alkuna hanya terjadi pada karbon jenuh (karbon yang tak memiliki ikatan
rangkap).Sebagai contoh, propanol memiliki rumus struktur CH3-CH2-CH2-OH.
Sedangkan 2-propenol memiliki rumus struktur CH2=CH-CH2-OH. Dan 2-propunol
memiliki rumus struktur CH≡C-CH2-OH. Jika gugus hidroksi digantikan oleh
hidrogen pada karbon tak jenuh, alkohol tidak akan dapat terbentuk. Sebagai
gantinya, maka akan terjadi proses tautomerisasi. Sebagai contoh, penggantian
gugus hidroksi pada karbon terminal menjadi hidrogen pada 1-propena akan
menghasilkan enol yang tak stabil yang bertautomerisasi menjadi keton.
Gugus alkil dan rumus molekul alkoholnya
Untuk Nilai “ n “
|
R
|
Rumus Molekul Alkohol
|
1
|
CH3
|
CH3– OH
|
2
|
C2H5
|
C2H5– OH
|
3
|
C3H7
|
C3H7– OH
|
Contoh molekul alkohol berikut:

Jumlah atom C= 2, atom H= 6, dan 1 atom O. Jadi,
alkohol tersebut mempunyai rumus molekul C2H6O.
Rumus umum alkohol dapat dituliskan seperti berikut:
CnH2n+2O
(Fessenden &
Fessenden, 1982).
·
Tata nama alkohol
Sistem IUPAC
digunakan dalam tata nama alkohol dengan aturan seperti berikut:
1. Tentukan rantai karbon terpanjang yang mengandung
gugus OH.
Rantai terpanjang
tersebut merupakan rantai utama, diberi nama sesuai dengan nama alkananya,
tetapi huruf terakhir -a diganti dengan -ol.
Contoh :

(Fessenden & Fessenden, 1982).
Rantai terpanjang pada contoh di atas mengandung 5
atom karbon, sehingga diberi nama pentanol.
2. Semua atom karbon di luar rantai utama dinamakan
cabang, diberi nama alkil sesuai jumlah atom C.

(Fessenden & Fessenden, 1982).
3. Rantai utama diberi nomor dari ujung terdekat dengan
gugus –OH.

(Fessenden & Fessenden, 1982).
4. Urutan pemberian nama alkohol adalah sebagai berikut.
Nomor cabang–nama alkil–nomor gugus OH–nama rantai utama. Jika cabang lebih
dari satu jenis, maka diurutkan sesuai abjad. Senyawa di atas diberi nama
3,4-dimetil, 2- pentanol.
5. Jika terdapat lebih dari satu gugus OH pada molekul
yang sama (polihidroksil alkohol), digunakan akhiran -diol, -triol, dan
seterusnya. Dalam hal ini akhiran -a pada alkana rantai utama tetap dipakai.

(Fessenden & Fessenden, 1982).
Terdapat dua buah
cabang, yaitu etil di nomor 4 dan metil di nomor 3. Rantai terpanjang terdapat
6 atom C (heksana) dan terdapat dua gugus OH di nomor 2 dan 4. Jadi, senyawa di
atas diberi nama 4-etil, 3-metil,2,4-heksanadiol.
Selain tata nama
menurut IUPAC, terkadang dalam penamaan senyawa alkohol digunakan tata nama
trivial. Tata nama trivial atau nama lazim merupakan penamaan yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya tata nama trivial alkohol
dilakukan dengan menyebutkan nama alkil diakhiri dengan alkohol.
Berikut beberapa nama trivial dan
sistem IUPAC untuk alkohol.
Struktur
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Nama IUPAC
|
Etanol
|
2-propanol
|
2-butanol
|
1,2-etanadiol
|
Nama Trivial
|
Etil alkohol
|
Isopropil alkohol
|
Sec-butil alkohol
|
Etilen glikol
|
(Riawan,
1990).
·
Jenis-jenis alkohol
Alkohol dapat dibagi
kedalam beberapa kelompok tergantung pada bagaimana posisi gugus -OH dalam
rantai atom-atom karbonnya. Masing-masing kelompok alkohol ini juga memiliki
beberapa perbedaan kimiawi.
1. Alkohol primer (1°), yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat
pada atom C primer atau satu gugus alkil. Misalnya methanol, etanol,
n-propanol, n-butanol, dll.

Alkohol primer
(Petrucci,
1987).
2. Alkohol sekunder (2°), , yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat
pada atom C sekunder atau dua gugus alkil. Misalnya 2-propanol (isopropyl
alcohol).

Alkohol sekunder
(Petrucci, 1987).
3. Alkohol tersier (3°), , yaitu alcohol dengan gugus –OH yang terikat
pada atom C tersier atau tiga gugus alkil. Missal 2-metil-2-propanol
(ters-butil alkohol).

Alkohol tersier
(Petrucci, 1987).
Berdasarkan cara
pembuatan maupun reaksi-reaksinya, alcohol merupakan senyawa hidroksida turunan
dari alkana, maka kemungkinan atom hydrogen yang digantikan oleh gugus hidroksi
dapat satu atau lebih, sehingga dikenal:
a. Alkohol monovalen adalah alkohol yang hanya mempunyai
satu gugus fungsional –OH. Contoh :Etanol,Propona.
b. Alkohol polivalen adalah jenis senyawa alkohol yang
mempunyai gugus fungsional lebih dari satu. Contoh: Etandiol ,Propantriol
(gliserol)
(Besari, 1998).
Ciri lain dari
alkohol adalah reaksinya dengan asam menghasilkan ester dan dehidrasi
menghasilkan alkena atau eter. Alkohol yang mempunyai dua gugus –OH dalam
molekulnya disebut dial (alkohol dihidrat), untuk alkohol yang memiliki tiga gugus –OH
dinamakan triol, dan alkohol yang memiliki empat gugus –OH disebut tetrol (Besari, 1998).
·
Sifat-Sifat Alkohol
Alkohol merupakan zat
yang memiliki titik didih relatif tinggi dibandingkan hidrokarbon yang jumlah atom
karbonnya sama. Hal ini disebabkan adanya gaya antarmolekul dan adanya ikatan
hidrogen antarmolekul alkohol akibat gugus hidroksil yang polar. Alkohol yang
memiliki atom karbon kurang dari lima larut dalam air. Kelarutan ini disebabkan
oleh adanya kemiripan struktur antara alkohol (R–OH) dan air (H–OH). Oleh
karena itu, makin panjang rantai karbon dalam alkohol kelarutan dalam air makin
berkurang.
a. Sifat Fisik
1. Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan
propanol) mudah larut dalam air dengan semua perbandingan. Alkohol merupakan
cairan tidak berwarna (jernih) dan berbau khas.
2. Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan
bertambahnya Mr alkanol.
b. Sifat Kimia
1. Ikatan Hidrogen, Antarmolekul hidrogen terdapat ikatan
hidrogen.
2. Kepolaran, Alkohol bersifat polar karena memiliki
gugus OH. Kepolaran alkohol akan makin kecil jika suhunya makin tinggi.
3. Reaksi Dengan Logam, Alkohol kering dapat bereaksi
dengan logam K dan Na.
4. Oksidasi, Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi
dengan menggunakan oksidator, tetapi alkohol tersier tidak.
5. Bentuk fasa pada suhu ruang :
-
Dengan C 1 s/d 4
berupa gas atau cair
-
Dengan C 5 s/d 9
berupa cairan kental seperti minyak
-
Dengan C 10 atau
lebih berupa zat padat
6. Pada umumnya alkohol mempunyai titik didih yang cukup
tinggi dibandingkan alkana, hal ini disebabkan adanya ikatan hidrogen atas
molekulnya.
(Hart, 2003).
·
Penggunaan alkohol:
1. Metanol : pelarut, antifreeze
radiator mobil, sintesis formaldehid, metilamina, metilklorida, metilsalisilat,
dll.
2. Etanol : minuman beralkohol,
larutan 70 % sebagai antiseptik, sebagai pengawet, dan sintesis eter,
koloroform, dan lain-lain.
Alkohol merupakan
senyawa organik yang sangat bermanfaat. Maka dari itu usaha untuk membuat
alkohol pun semakin besar. Inilah reaksi pembuatan alkohol:
1. Mereaksikan Alkil Halida
(Haloalkana) dengan Basa
2. Mereduksi Aldehida dan Keton.
3. Hidrolisis Alkil
Hidrogensulfat
4. Hidrasi Alkena
5. Hidrolisis Ester
6. Menggunakan Reagen Grignard
(Hart, 2003).
b.
Fenol
·
Pengertian
Fenol atau asam
karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Fenol (fenil alkohol)
merupakan zat padat yang tidak berwarna yang mudah meleleh dan terlarut baik
didalam air. Dalam mencoba keasaman reaksi dalam zat-zat kimia seperti asam
asetat, dan lain-lain banyak digunakan indicator, indicator seperti kertas
lakmus.
Fenol yang diketahui
fungsinya sebagai zat desinfektan yang umum dipakai orang.Berbeda dengan
alcohol alifatik, fenol sebagai alcohol aromatic mempunyai sifat yang berbeda.
Dalam air fenol sedikit terionisasi menghasilkan ion H+ dengan Ka = 10-10 (Riswiyanto,
2009).
·
Karakteristik
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air,
yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia
dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut
menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkoholalifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam.Hal ini dibuktikan
dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara
satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban
negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya (Dainith, 1990).
·
Sifat fenol
-
Sifat kimia
1. Fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau
keton yang jumlah atom C-nya sama , karenagugus OH-nya terikat pada suatu atom
C yang tidak mengikat atom H lagi. Jadi fenol dapatdipersamakan dengan alkanol
tersier.
2. Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat tidak membentuk
ester melainkan membentuk asam fenolsulfonat ( o atau p).
3. Dengan HNO3 pekat dihasilkan nitrofenol dan pada
nitrasi selanjutnya terbentuk 2,4,6trinitrofenol atau asam pikrat.
4. Larutan fenol dalam air bersifat sebagai asam lemah
jadi mengion sbb :
Karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk garam fenolat
Karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk garam fenolat
-
Sifat fisika
1. Fenol murni berbentuk Kristal yang tak berwarna,
sangat berbau dan mempunyai sifat-sifat antiseptic.
2. Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat
juga larut dalam fenol cair. Karena bobot molekul air itu rendah dan turun
titik beku molal dari fenol itu tinggi, yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan
5-6% air telah terbentuk cair pada temperature biasa. Larutan fenol dalam air
disebut air karbol atau asam karbol.
(Riawan, 1990).
c.
Perbedaan alkohol dan fenol
Fenol
|
Alkohol
|
Bersifat asam
|
Bersifat netral
|
Bereaksi dengan
NaOH (basa), membentuk garam natrium fenolat
|
Tidak bereaksi
dengan basa
|
Tidak bereaksi
dengan logam Na atau PX3
|
Bereaksi dengan
logam Na atau PX3
|
Tidak bereaksi
dengan RCOOH namun bereaksi dengan asil halida (RCOX) membentuk ester
|
Bereaksi dengan
RCOOH namun bereaksi dengan asil halida (RCOX) membentuk ester
|
d.
Uji identifikasi alkohol dan fenol
- Uji Kelarutan
Sebagian
kecil alkohol larut dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun ketika ukuran gugus alkil
bertambah besar , kelarutannya dalam air akan berkurang. Hal ini disebabkan
oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukann ikatan hidrogen
antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini cukup besar, akibatnya
molekul – molekul air akan menolak molekul – molekul alkohol untuk menstabilkan
kembali ikatan hidrogen antarmolekul air. Jika gugus non polar 9seperti gugus
alkil) terikat pada cincin aromatik, kelarutan fenol dalam air akan berkurang.
Hal ini yang dianggap menjadi alasan mengapa gugugs non polar disebut gugus
hidrofob.
Selain
dipengaruhi gugus hidroksi, kelarutam alkohol dalam air juga dipengaruhi oleh
jumlah atom C-nya. Menurut literatur, pada umumnya alkohol yang mempunyai
jumlah atom C 1-3 akan larut sempurna dalam air, jumlah atom C 4-5 akan sedikit
larut dalam air, dan jumlah atom C >6 akan tidak larut dalam air.
2.
Reaksi
dengan Natrium
Pada reaksi antara natrium dan alkohol,
sebuah lempeng kecil dari natrium yang dimasukkan kedalam alkohol akan bereaksi
stabil menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen dan membentuk larutan
alkoksida yang tidak berwarna, disertai panas yang terasa pada dasar tabung.
|
- Uji Lucas
Pengujian
Lucas didasarkan pada perbedaan kecepatan dari alkohol primer, sekunder, maupun
tersier untuk diubah menjadi alkil klorida. Uji lucas digunakan untuk
memebedakan alkohol – alkohol primer, sekunder, dan tersier yang dapat larut
dalam air. Alkohol primer tidak berubah menjadi alkil halida selama beberapa
jam dalam suhu kamar, alkohol sekunder membentuk alkil halida dalam waktu lima
menit, dan alkohol tersier dengan cepat bereaksi dan membentuk alkil halida.
Reagen lucas merupakan suatu campuran asam
klorida pekat dan seng klorida. Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang
ketika ditambahkan dalam asam klorida akan membuat larutan menjadi lebih asam.
Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan cepat dengan reagen
lucas membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan berair. Adapun pada
alkohol tersier terindikasikan dengan adanya pembentukan fasa cair kedua yang
terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan segera setelah
alkohol bereaksi. Alkohol sekunder berjalan lambat dan setelah pemanasan akan
terbentuk fasa cair lapisan kedua biasanya setelah 10 menit. Alkohol primer dan
metanol tidak dapat bereaksi pada kondisi ini.
Pada
alkohol tersier, atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya
mengikat gugus –OH. Pada alkohol sekunder, seringkali atom klor ini terikat
pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi. Namun penataan ulang dapat saja
terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom karbon
yang sebelumnya mengikat –OH.
- Reaksi Fenol dengan Air Brom
Reaksi
fenol dengan air brom bertujuan untuk mengetahui bahwa larutan tersebut
merupakan fenol atau bukan. Gugus hidroksil pada fenol mengakibatkan cincin
benzene reaktif terhadap subtitusi elektrofilik. Dengan air brom, fenol diubah
menjadi 2,4,6-tribromo fenol yang kelarutannya dalam air sangat rendah.
7.
Uji
Besi (III) Klorida
Penambahan
besi (III) klorida yang terlarut di dalam kloroform ke dalam masing-masing
sampel dapat membedakan apakah sampel mengandung fenol atau mengandung alkohol.
Fenol
dengan besi (III) klorida memberi warna merah jambu, ungu, atau hijau
bergantung pada strukrur fenolnya. Hal ini terjadi karena terbentuknya senyawa
kompleks dengan besi. Sedangkan alkohol-alkohol biasa tidak bereaksi. Oleh
karena ini cara ini dapat digunakan untuk membedakan kebanyakan alkohol dan
fenol.
F.
Alat dan Bahan
·
Alat-alat
1.
Tabung
reaksi 12
buah
2.
Pipet
Tetes 10
buah
3.
Gelas
ukur 1
buah
·
Bahan
1.
Etanol 2,5
ml
2.
1-propanol 2
ml
3.
2-propanol 2
ml
4.
1-butanol 5
tetes
5.
2-butanol
5
tetes
6.
n-butil
alkohol 1
ml
7.
Ter-butil
alkohol 1
ml
8.
Sikloheksanol 5 tetes
9.
Sikloheksana 1
ml
10.
Fenol 1,6
ml
11.
Resorsinol 3 ml
12.
Naflol 0,5 ml
13.
Larutan
NaOH 10 % 20 ml
14.
Logam Natrium secukupnya
15.
Indikator
fenoftalein 8
tetes
16.
Reagen
Lucas 8
ml
17.
Larutan
brom dalam air (air brom) 1,5
ml
18.
Larutan
besi (III) klorida 4
tetes
19.
Aquades
6
ml
G.
Alur Percobaan
1. Uji
Kelarutan
-
Tabung
1 -
Tabung 2


-
Tabung
3 -
Tabung 4


-
Tabung
5 -
Tabung 6


2. Reaksi
dengan Alkali
-
Tabung
1 -
Tabung 2


-
Tabung
3 -
Tabung 4


3. Reaksi
dengan Logam Natrium
-
Tabung
1 -
Tabung 2


-
Tabung
3 -
Tabung 4


4. Pengujian
Lucas
-
Tabung
1

- Tabung 2

-
Tabung
3

- Tabung 4

5. Reaksi
Fenol dengan Air Brom

6. Reaksi
Fenol dengan Besi (III) Klorida
-
Tabung
1

-
Tabung

-
Tabung
3

H.
Hasil Pengamatan
No
|
Prosedur Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Dugaan Reaksi
|
Kesimpulan
|
||||
Sebelum
|
Sesudah
|
|||||||
1.
|
Kelarutan
![]() |
- Etanol larutan
tidak berwarna
- n-butanol alkohol
larutan tidak berwarna
- Fenol larutan tidak
berwarna
- Naftol serbuk
berwarna putih kecoklatan
|
- Etanol + aquades =
larutan homogen tidak berwarna
- n-butanol + aquades
= larutan homogen tidak berwarna
- Tersier butil
alkohol + aquades dikocok = larutan homogen tidak berwarna
- Sikloheksanol +
aquades dikocok = terbentuk gelembung
- Etilen glikol +
aquades dikocok = larutan homogen tidak berwarna
- Fenol + aquades
dikocok = larutan homogen tidak berwarna.
|
- etanol + air =
larut
- n-butanol + air =
larut
- terbutil + air =
larut
- sikloheksanol + air
= tidak larut dalam air
- etilen glikol + air
= larut
- Fenol + air = tidak
larut
|
- Etanol bersifat
polar
- n-butanol bersifat
polar
- Sikloheksanol sukar
larut dalam air
- Etilen glikol
bersifat polar
- Fenol larut dalam
air
|
|||
2
|
Reaksi dengan Alkali
![]() |
- n-butanol larutan
tidak berwarna
- Sikloheksanol
larutan tidak berwarna
- Fenol larutan tidak
berwana
- Naftol serbuk
berwarna putih kecoklatan
|
- n-butanol + naOH =
larutan tidak berwarna + gelembung
- Sikloheksanol +
NaOH = larutan tidak berwarna + gelembung dan 2 fasa
- Fenol + NaOH =
larutan homogen tidak berwarna
- Naftol + NaOH =
larutan berwarna kuning kecoklatan
|
- Tabung 1
CH3CH2CH2CHOH(aq)
+ NaOH (aq)
![]()
- Tabung 2
![]()
- Tabung 3
![]()
- Tabung 4
![]() |
- Tidak menghasilkan
perubahan warna karena n-butanol dan
sikloheksanol merupakan jenis alkohol netral
- NaOH bersifat basa
dan sikloheksanol bersifat netral
- Fenol dan naftol
merupakan jenis alkohol bersifat asam sehingga dapat bereaksi dengan NaOH
membentuk natrium fenolar
|
|||
3.
|
Uji Natrium
![]() |
- Etanol = tidak
berwarna
- Logam natrium
padatan berwarna kuning
- Indikator pp
larutan tidak berwarna
- 1-propanol larutan
tidak berwarna
- 2-propanol larutan
tidak berwarna
- Resorsinol larutan
berwarna jingga
|
- Etanol(aq) + Na(s)
= larutan keruh
- Setelah ditambah
indikator pp larutan berwarna merah muda dan terdapat gelembung gas
- 1-propanol(aq) +
Na(s) = larutan keruh dan terdapat gelembung gas
- Ditetesi indikator
pp = larutan berwarna ungu muda
- 2- propanol(aq) +
Na(s) = larutan keruh dan terdapat gelembung gas
- Ditetesi indikator
pp = larutan berwarna ungu muda
- resorsinol(aq) +
Na(s) = larutan keruh dan terdapat gelembung gas
- Ditetesi indikator
pp = larutan berwarna ungu muda
|
- Tabung 1
2CH3CH2OH(aq)
+ 2 Na(s) → 2NaCH3CH2O(aq) + H2(g)
- Tabung 2
2CH3CH2CH2OH(aq)
+ 2Na(s) → 2CH3CH2CH2Ona (aq) + H2(g)
- Tabung 3
2CH3CH(OH)CH3 (aq)+ 2 Na(s)→ 2CH3(HONa)CH3 (aq) + H2(g)
- Tabung 4
![]() ![]() |
- 1-propanol lebih
reaktif daripada etanol
- 2-propanol lebih
reaktif daripada 1-propanol
- 2-propanol paling
reaktif
-
|
|||
4
|
Pengujian Lucas
![]() |
- Larutan 1-butanol
tidak berwarna
- Reagen Lucas
berwarna putih keruh
- Larutan 2-butana
tidak berwarna
- Reagen Lucas
mengeluarkan uap dan mengeluarkan bau menyengat
- Larutan sikloheksanol
tidak berwana
- Reagen lucas
berwarna putih keruh mengeluarkan uap dan bau menyengat
- Larutan tersier
butil alkohol tidak berwarna
|
- Larutan 1-butanol
ditambah reagen lucas larutan berwarna putih keruh
- Didiamkan selama
1.15 menit larutan memisah menjadi 2 lapisan
- Larutan 2-butanol
+reagen lucas larutan berwarna putih keruh
- Didiamkan selama 33
detik larutan memisah menjadi 2 lapisan berwarna kuning dan putih keruh
- Larutan
sikloheksanol + reagen lucas larutan berwarna putih keruh
- Didiamkan selama 7 detik
larutan memisah menjadi 2 lapisan berwarna kuning dan putih keruh
- Larutan tersier
butil alkohol + reagen lucas larutan berwarna putih keruh
- Didiamkan selama 5
detik larutan memisah menjadi 2 lapisan berwarna kuning dan putih keruh
|
Tabung 1
- ZnCl2
(s) + HCl (aq) à ZnCl2
(aq) + H+ (aq)
CH3(CH2)2OH
(aq) + HCl (aq) à CH3CH2CH2CH2Cl
(aq)
Tabung 2
CH3CH(OH)CH2CH3
(aq) + HCl (aq) à CH3CH(Cl)CH2CH3
(aq) +H2O (l)
Tabung 3
![]() ![]()
Tabung 4
![]() ![]() |
-
|
|||
5
|
Reaksi Fenol dengan Brom
![]() |
- Fenol larutan tidak
berwarna
- Aquades larutan
tidak berwarna
- Air brom larutan
berwarna kuning
|
- Fenol + air brom larutan
menjadi tidak berwarna
|
![]() ![]()
+ HBr (aq)
|
Fenol dapat diidentifikasi dengan air brom yang ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi tidak berwarna
|
|||
6
|
Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida
![]() ![]() |
- Fenol larutan tidak
berwarna
- Aquades larutan
tidak berwarna
- FeCl3 larutan
berwarna kuning
- Resorsinol larutan
berwarna jingga
- 2-propanol larutan
tidak berwarna
|
- Fenol(aq) + FeCl3
lartan menjadi warna ungu
- Resorsinol +
aquades(aq) + FeCl3 (aq) = larutan berwarna ungu
- 2-propanol +
aquades(aq) + larutan FeCl3 = larutan tidak berwarna
|
Tabung 1
![]() ![]()
Tabung 2
![]()
[Fe(C6H5O6)2]
(aq) + 6HCl (aq)
Tabung 3
![]() |
- Identifikasi gugus
fenol dengan meggunakan FeCl3 membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu
- fenol mengandung
gugus fenol karena menghasilkan larutan berwarna ungu
- Senyawa resorsinol
- Senyawa propanol
tidak mengandung gugus fenol karena tidak menghasilkan larutan berwarna ungu
|
I.
Analisis dan Pembahasan
Percobaan alkohol dan fenol dilakukan dengan tujuan
membedakan sifat-sifat antara alkohol dan fenol, serta megetahui jenis-jenis reaksi
dan pereaksi yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa alkohol dan
fenol. Percobaan ini dilakukan dengan berbagai uji, yaitu uji kelarutan, reaksi
dengan alkali, reaksi dengan natrium, pengujian dengan reagen lucas, oksidasi
dengan asam kromat (pengujian bordwell-wellman), reaksi fenol dengan air brom
serta reaksi fenol dnegan besi (III) klorida.
1.
Uji kelarutan
Pada percobaan pertama yaitu uji kelarutan alkohol dan
fenol diuji kepolarannya dengan menggunakan air. Air (H2O) merupakan
senyawa polar. Jadi, jika zat itu larut dalam air maka zat itu polar. Dari
hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kepolaran alkohol berkurang secara
bertahap sesuai bertambahnya gugus karbonil.
Untuk mengetahui kelarutan alkohol/fenol maka digunakan
preaksi air, dimana Alkohol memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan
dengan fenol karena alkohol memiliki jumlah atom C yang lebih sedikit di dalam
air. Semakin banyak jumlah atom C maka akan semakin sukar larut dalam air.
Adanya gugus OH dalam air dapat membuat alkohol memiliki polaritas yang hampir
sama dengan polaritas air, sehingga alkohol dapat larut dengan air. Namun,
kepolaran yang dimiliki oleh alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air.
Hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya. Gugus alkil
merupakan gugus nonpolar, semakin panjang alkil yang dimiliki oleh suatu
senyawa maka semakin besar juga sifat nonpolarnya. Pada umumnya alkohol yang
mempunyai jumlah atom C = 1-3 akan larut sempurna dalam air atau pelarut polar
karena gugus hidroksil (-OH) mengambil
bagian yang lebih besar dalam molekulnya, atom C = 4-5 akan sedikit larut dalam
air atau pelarut polar, Sedangkan atom C > 6 tidak dapat dalam air anmun
dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti n-heksana dan pelarut organic lainnya.
Pada uji kelarutan alkohol atau fenol dalam pelarut air,
dilakukan pengujian pada larutan etanol, n-butil alkohol, terbutil alkohol,
siklo heksana, etilen glikol, dan fenol, ditambahkan setiap larutan sebanyak 0,5 ml dimasukkan pada tabung reaksi
yang berbeda, kemudian ditambahkan 2 ml aquades.
Uji kelarutan etanol didapatkan hasil bahwa etanol dapat
larut sempurna dalam air. Hal ini dikarenakan etanol memiliki kelarutan yang
lebih besar dalam air karena jumlah
gugus alkil berantai pendek (hanya memiliki dua taom (C), sehingga tidak
merubah tingkat keelektronegatifan, dan gugus hidroksil (-OH) pada etanol dapat mengambil bagian yang
lebih besar dalam molekulnya. Semakin sedikit atom karbon pada senyawa alkohol
maka akan semakin larut dalam air, semakin panjang bagian hidrokarbon maka akan
meningkatkan sifat ketidakpolaran yang akan menyulitkan air sebagai pelarut
polar untuk melarutkan alkohol dan sifat hidrofob ini dapat mengalahkan
sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil,sehingga etanol bersifat polar
(Fessenden & Fessenden, 1982).
Pada n-butil alkohol atau butanol merupakan senyawa yang
memiliki empat atom karbon dengan satu gugus hidroksil (-OH) yang terletak pada
salah satu ujung antai karbonnya. Larutan butanol tidak berwarna tetapi terlihat
sedikit bahwa zat tidak dapat bercampur secara homogen dalam beberapa waktu
sehingga dapat disimpulkan bahwa n-butil alkohol sedikit larut dalam air.

n-butil alkohol
(Fessenden & Fessenden, 1982).
meskipun butanol memiliki satu gugus
hidroksil (-OH) yang menyebabkan adanya ikatan hidrogen antara alkohol dengan
air dan bersifat polar, namun butanol sedikit larut dalam air karena butanol
mempunyai 4 atom karbon. Semakin panjang bagian hidrokarbon ini akan semakin rendah
kelarutannya dalam air. Bila rantai hidrokarbin cukup panjang, maka sifat
hidrofob ini dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil
(Fessenden & Fessenden, 1982).
Reaksinya yang terjadi adalah:
CH3(CH2)3OH
+ H2O → CH3(CH2)3O- + H3O+
(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Larutan tersier butil alkohol bercampur secara homogen
dalam air karena tersier butil alkohol bersifat polar. Tersier butil alkohol
memiliki banyak cabang dan gugus hidroksil terikat pada atom C tersier.
Percabang dapat meningkatkan kelarutan dalam air, hal ini disebabkan karena
tersier butil alkohol lebih kompak dan hidrofobnya kurang.

Tersier butil alkohol
(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Sikloheksanol merupakan senyawa alkohol yang
mempunyai rantai karbon yang berbentuk siklik.

Sikloheksanol
(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Pada
uji kelarutan dengan sikloheksanol terbentuk dua lapisan ketika
dilarutkan dalam air. Pada sikloheksanol, bentuk molekulnya siklik yang menyebabkan senyawa tersebut tidak larut dalam
pelarut polar seperti air, karena sikloheksanol merupakan senyawa non polar
maka sikloheksanol hanya akan larut pada senyawa non polar. Sehingga ketika
dilarutkan dalam air, terbentuk dua lapisan. Reaksinya adalah:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Pada etilen glikol mempunyai 2 gugus – OH- dan hanya ada 2 atom C sehingga mudah larut dalamair karena dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan air dan jumlah atom C yang sedikit.

Pada percobaan kelarutan fenol dalam air,
hasil pengamatan menujukkan bahwa fenol dapat larut dalam air. Fenol dapat larut di
dalam air namun sedikit lebih lama dibandingkan dengan alkohol dan etilen
glikol. Hal ini disebabkan fenol mudah terionisasi di dalam air, tetapi fenol
dapat beresonansi yang menyebabkan struktur di dalam molekulnya lebih stabil
sehingga untuk membentuk ikatan hidrogen dengan air sedikit lebih lama.
Reaksinya adalah:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
2.
Reaksi dengan alkali
Fenol lebih asam daripada alkohol dan dapat diubah
menjadi garam natrium bila direaksikan dengan larutan natrium hidroksida. Garam
natrium itu biasanya larut dalam air. Seperti air, atom hidrogen dari gugus
hidroksil dalam alkohol dan
fenol dapat diganti oleh natrium Fenol merupakan asam lemah dan dapat bereaksi dengan basa kuat, seperti
NaOH, dan menghasilkan garam yang larut dalam air.
Percobaan kedua ini bertujuan untuk mengetahui
keasaman dari alkohol dan fenol. Prinsip dasar percobaan ini adalah reaksi asam
basa. Jika senyawa asam direaksikan dengan senyawa basa, maka akan bereaksi
membentuk garam dan air. Zat yang digunakan dalam percobaan ini adalah n-butil
alkohol, sikloheksanol, fenol, dan naftol.
Pada percobaan ini, mula-mula menyiapkan 4 tabung
raeaksi. Pada tabung 1 n-butil alkohol ketika direaksikan dengan NaOH tidak
terjadi perubahan apapun, larutan tetap tidak berwarna hanya terdapat gelembung
yang menunjukkan butanol tidak bereaksi dengan NaOH. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa butanol tidak bersifat asam (netral) karena tidak dapat bereaksi dengan
NaOH 10%. Tujuan penambahan NaOH adalah sebagai zat penguji, karena larutan
NaOH merupakan larutan alkali yang bersifat basa. Jika butanol bersifat asam,
maka butanol dapat bereaksi dengan NaOH. Hal ini disebabkan
karena NaOH tidak cukup kuat untuk bereaksi dengan n-butil alkohol yang
merupakan gugus alkohol dan karena alkoksida sendiri adalah basa kuat umumnya
lebih kuat dari hidroksida sehingga untuk membuat alkoksida diperlukan basa
yang lebih kuat daripada alkoksida itu sendiri. Reaksi yang terjadi adalah:

Pada tabung 2 sikloheksanol merupakan senyawa alkohol
siklik karena rumus strukturnya berbentuk siklik dan mengandung satu gugus
hidroksil (-OH).

Sikloheksanol
(Fessenden &
Fessenden, 1982).
ketika direaksikan dengan NaOH terdapat dua
lapisan larutan, pada bagian atas larutan menjadi keruh sedangkan pada bagian
bawah larutan tetap bening. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikloheksanol tidak memiliki sifat asam
teteapi netral, sehingga sikloheksanol tidak dapat bereaksi dengan NaOH 10%. Hal ini disebabkan karena NaOH
tidak cukup kuat untuk bereaksi dengan sikloheksanol yang merupakan gugus
alkohol. Reaksi yang terjadi adalah


(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Pada tabung 3 Fenol
ketika direaksikan dengan NaOH tidak terjadi perubahan warna. Fenol lebih reaktif dan lebih asam dari pada
alkohol dengan nilai pKa= 10. Fenol bereaksi dengan NaOH dapat membentuk natirum
fenoksida yang merupakan basa yang lebih lemah daripada OH- . Fenol diubah
menjadi anion fenoksida sehingga fenol akan larut dalam larutan basa sebagai
garam fenoksida. Sebagaimana reaksinya adalah:



3. Reaksi
dengan natrium
Pada reaksi antara natrium bertujuan untuk menguji reaksi
antara senyawa alkohol dan fenol, sebuah lempeng kecil dari natrium yang
dimasukkan kedalam alkohol akan bereaksi stabil menghasilkan
gelembung-gelembung gas hidrogen dan membentuk larutan alkoksida yang tidak
berwarna disertai panas yang terasa pada dasar tabung.
2R-O-H + 2 Na → 2 R
– O – Na + H2
Alkoksida
(Fessenden & Fessenden, 1982).
Pada uji perlakuan pertama etanol, setelah direaksikan
dengan natrium larutan menjadi keruh terdapat gelembung gas, terjadi perubahan
warna menjadi merah muda setelah ditetesi indikator fenolftalein. Reaksinya
adalah:
2 CH3CH2OH + 2 Na → 2
CH3CH2O- Na+ + H2↑
(Fessenden & Fessenden, 1982).
Pada uji perlakuan kedua 1-propanol, setelah diraksikan
dengan natrium larutan menjadi keruh terdapat gelembung gas, terjadi perubahan
warna menjadi ungu muda setelah ditetesi indikator fenolftalein. Reaksinya
adalah:
2 CH3CH2CHOH
+ 2 Na →
2 CH3CH2CHO-Na+ + H2↑
(Fessenden & Fessenden, 1982).
Pada
Uji perlakuan ketiga 2-propanol, setelah direaksikan dengan natrium, larutan
berubah menjadi keruh terdapat gelembung gas, terjadi perubahan warna menjadi
ungu muda setelah ditetesi indikator fenolftalein. Reaksinya adalah:
2CH3CHOHCH3 + 2 Na → 2 CH3 CHONaCH3 + H2↑
(Fessenden & Fessenden, 1982).
Pada penambahan indikator PP (tak berwarna) bertujuan untuk mengetahui apakah hasil reaksi bersifat
asam atau basa. Berdasarkan ketiga percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
semua senyawa alkohol jika direaksikan dengan logam Natrium akan menghasilkan
garam natrium alkoksida dan gas H2. Dari ketiga tabung tersebut dapat diurutkan tingkat
kebasaan garam Natrium alkoksida yakni Etanol > 1-propanol > 2-propanol dengan ditandai perubahan warna menjadi
merah muda dan ungu muda.
4.
Uji lucas
Pengujian Lucas didasarkan pada perbedaan
kecepatan dari alkohol primer, sekunder, maupun tersier untuk diubah menjadi
alkil klorida. Uji lucas digunakan untuk membedakan alkohol – alkohol primer,
sekunder, dan tersier yang dapat larut dalam air. Alkohol primer tidak bereaksi
dengan reagen Lucas menjadi alkil halida selama beberapa jam dalam suhu kamar.
Reagen melarutkan alkohol, menghilangkan gugus OH, membentuk karbokation. Hal
ini disebabkan oleh karbokation segera bereaksi dengan ion klorida yang mudah
larut dalam chloroalkane. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk
kekeruhan muncul adalah ukuran dari reaktivitas dari kelas alkohol dengan
reagen Lucas, dan ini digunakan untuk membedakan antara tiga kelas alkohol:
·
Alkohol
primer → tidak ada reaksi atau lambat selama beberapa jam dalam membentuk alkil
halida.
·
Alkohol
sekunder → reaksi terjadi bila dipanaskan atau berjalan lamban atau membentuk
alkil halida dalam waktu
5 menit.

·
Alkohol
tersier → reaksi terjadi tanpa pemanasan atau cepat membentuk alkil halida.
Zat yang digunakaan dalam percobaan ini adalah
1-butanol, 2-butanol, sikloheksanol dan tersier butil alkohol yang dimasukkan
kedalam empat tabung reaksi dan ditambahkan 2 ml regaen lucas (ZnCl2).
Pada uji perlakuan pertama, 1-butanol yang
ditetesi dengan reagen lucas tidak
mengalami perubahan apapun karena 1-butanol tergolong alkohol primer. Alkohol
primer tidak diubah menjadi alkil klorida selama beberapa jam pada suhu kamar oleh reagen lucas. Reaksi yang
terjadi:

(Fessenden & Fessenden, 1982).
Pada uji perlakuan kedua, 2-butanol ditetesi
reagen lucas mengalami perubahan warna pada larutan, yaitu terjadi perbedaan
warna larutan pada lapisan atas dengan bawah. Perubahan warna yang didapatkan
adalah berwarna orange kekuningan pada detik ke 33. Reaksi yang terjadi:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Pada uji ketiga, sikloheksanol juga didapatkan
hasil yang sama seperti 2-butanol. Pada sikloheksanol didapatkan perubahan
warna dan perbedaan fasa pada detik ke 7. Kerja reagen ini pada alkohol
sekunder saat praktikum adalah melarutkan alkohol dan menghilangkan OH,
membentuk karbokation. Reaksi yang terjadi adalah:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Pada uji keempat, tersier butil alkohol mengalami
perubahan warna dan perbedaan fasa pada detik ke 5. Semakin cepatnya waktu
reaksi yang berlangsung, maka zat tersebut termasuk kedalam alkohol tersier.
alkohol tersier sangat mudah bereaksi karena lebih tidak stabil dari alkohol
primer. Alkohol tersier merupakan alkohol yang gugus hidroksil (-OH) nya
terikat pada atom C tersier. Karena adanya atom C tersier ini, maka ikatan
antara atom C tersier dengan gugus –OH mudah putus, hal ini disebabkan oleh
lemahnya ikatan tersebut. Atom C tersier yang 3 dari salah satu elektron
valensi yang dimilikinya mengikat 3 atom C lain harus berikatan lagi dengan
gugus –OH pada valensi yang belum berikatan. Gugus –OH yang bersifat polar ini
tentu akan mendorong atom C lain yang terikat pada atom C tersier. Kondisi ini
menyebabkan lemahnya ikatan antara atom C tersier dengan gugus –OH. Sehingga
ketika diberi pereaksi lukas reaksi berlangsung cepat, sebab ikatan-ikatannya
mudah diputuskan.
Hal ini
didasarkan pada perbedaan reaktivitas dari tiga kelas alkohol dengan hidrogen
halida . Ketika reagen Lucas (ZnCl 2 di terkonsentrasi HCl larutan) ditambahkan
ke alkohol, H+ dari HCl akan bergabung dengan -OH kelompok alkohol, menjadi
H2O. Sehingga kecepatan reaksinya adalah tersier > sekunder > primer.
5.
Uji fenol dengan air brom
Pada percobaan keenam yaitu meraksikan fenol
dengan air brom. Pengujian
fenol dengan air brom dimaksudkan untuk menguji adanya gugus fenol pada suatu larutan atau sampel. Percobaan dilakukan dengan
mencampurkan larutan fenol 0,1 ml dengan a 1,5 ml air brom. Percobaan ini
menghasilkan larutan yang berwarna kuning jernih. Hal tersebut menunjukkan
bahwa larutan brom dapat bereaksi dengan fenol. tetapi dalam percobaan ini kami
tidak mendapatkan hasil sesuai teori tersebut. Pada percobaan ini terjadi
reaksi antara fenol dengan brom (Br2).

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
6.
Reaksi fenol dengan
Besi (III) klorida
Pengujian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
adanya perbedaan alkohol aromatik dengan alkohol alisiklik. Fenol dan resorsinol
merupakan suatu alkohol aromatic sedangkan
2-propanol merupakan suatu alcohol siklik. Fenol mempunyai satu gugus OH yang
terikat pada cincin benzena, sedangkan resorsinol memiliki 2 gugus OH yang terikat
pada atom benzena. Gugus OH pada resorsinol terikat pada atom karbon
nomor satu dan tiga. Senyawa fenol dan resorsinol memiliki rumus struktur
sebagai berikut:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Pada penambahan
FeCl3 dalam larutan fenol terjadi perubahan warna yang menjadi berwarna ungu yang menunjukkan pengujian tersebut
positif karena terdapat gugus fenolik dalam struktur fenol yang ditandai dengan
adanya peubahan warna. Perubahan warna yang terjadi disebabkan karena fenol bereaksi dengan
ion FeCl3 membentuk suatu ion kompleks [Fe(C6H5O)6]3-. Reaksi yang terjadi sesuai
persamaan:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Sedangkan
pada resorsinol setelah penambahan FeCl3
warna larutan berubah menjadi ungu. Perubahan warna yang terjadi disebabkan karena
resorsinol bereaksi dengan FeCl3 membentuk
suatu ion kompleks [Fe(C6H4O2)3]3-, sesuai dengan persamaan reaksi:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
pada larutan 2-propanol tidak dapat
bereaksi seperti halnya dua alkohol aromatik sebelumnya, fenol dan resorsinol. 2-propanol tidak mengandung gugus fenolik.
Sehingga saat pengujian dengan FeCl3 tidak menghasilkan larutan yang
berwarna ungu, merah muda. Reaksi yang terjadi adalah:

(Fessenden &
Fessenden, 1982).
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa fenol dan resorsinol (alkohol aromatic)
dapat bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk senyawa kompleks ditandai
dengan perubahan warna menjadi ungu pada
fenol
dan resorsinol. Sedangkan 2-propanol (alkohol alisiklik) tidak dapat bereaksi. Sehingga cara ini dapat digunakan
untuk membedakan antara alkohol aromatik dengan alkohol alisiklik.
J.
Kesimpulan
1. Etanol, n-butil alkohol dan tersier butil alkohol
bersifat polar, sikloheksanol sukar larut dalam air yang bersifat nonpolar,
etilen glikol bersifat polar, fenol bersifat polar yang berarti larut dalam
air.
2. n-butil alkohol dan sikloheksanol tidak menghasilkan
perubahan karena merupakan jenis
alkohol netral dan NaOH bersifat basa. Fenol bereaksi dengan NaOH menghasilkan
natrium fenoksida. Fenol dan naftol merupakan jenis alkohol bersifat asam
sehingga dapat bereaksi dengan NaOH membentuk natrium fenolat.
3. Urutan tingkat kebasaan resorsinol> etanol>
1-propanol> 2-propanol.
4. Uji lucas digunakan untuk membedakan alkohol primer,
sekunder, tersier dengan reagen lucas yang ditandai dengan terbentuknya 2
lapisan.
5. Identifikasi gugus fenol dengan menggunakan FeCl3
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
6. Senyawa fenol
dan resorsinol mengandung gugus fenol karena menghasilkan larutan
berwarna ungu. Senyawa propanol tidak menghasilkan larutan berwarna ungu.
Daftar Pustaka
Besari, I. 1962. Kimia Organik untuk Universitas.
Bandung: Armico.
Fessenden, Ralph J, dan
Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik.
Jakarta: Bina Aksara.
Hart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R. H. 1987.
Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Riyadhi, A. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Organik 1.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Sahidin, dkk. 2011. Penuntun kimia organik farmasi.
Kendari: Universitas Haluoleo.
Wardiyah. 2016. Jurnal Kimia Organik Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik.
Lampiran
a.
Jawaban pertanyaan
1.
Manakah
dari 1-pentanol dan 1- heptanol yang lebih sukar larut dalam air?
Jawab:
Dari
pengujian alkohol 1-pentanol dan 1-heptanol di dalam air, menunjukkan alkohol
yang sukar larut adalah 1-heptanol, dikarenakan pada 1-heptanol atom karbonya
lebih panjang daripada 1-pentanol.
2.
Tuliskan
persamaan reaksi yang menunjukkan kelarutan fenol dalam larutan 10% natrium
hidroksida!
Jawab:
![]() |
3.
Dari
hasil percobaan di atas, manakah yang lebih bersifat asam, n-heksanol atau
fenol? Jelaskan alasannya!
Jawab:
Fenol
lebih asam dari pada n-heksanol karena fenol memiliki gugus
yang terikat pada rantai siklik
aromatik. Sehingga mudah bereaksi dengan basa kuat NaOH. Rantai siklik aromatik
lebih bersifat asam karena rantai siklik dapat beresonansi sehingga lebih
stabil daripada alkohol alifatik.

4.
Tuliskan
persamaan reaksi antara etanol dan natrium! Apakah petunjuk yang ada mengatakan
hasil reaksi ini?
Jawab:
2 

Ketika ditetesi indikator PP larutan berubah merah muda
dan ada gelembung
5.
Berdasarkan
hasil percobaan di atas, bagaimanakah dapat dibedakan antara sikloheksanol dan
fenol?
Jawab:
Sikloheksanol
merupakan senyawa siklik dan tidak bereaksi dengan NaOH karena sikloheksanol
merupakan alkohol.
Fenol merupakan senyawa aromatis dan bereaksi dengan NaOH.
6.
Bagaimanakah
kiranya pengaruh dari reagen lucas terhadap masing-masing senyawa berikut:
1-butanol, sikloheksanol dan ter-butil alkohol?
Jawab:
Ter-butil
alkohol akan bereaksi lebih cepat dengan reagen lucas dibandingkan dengan
sikloheksanol dan 1-butanol karena ter-butil alkohol merupakan alkohol tersier
yang membentuk alkil klorida. Sikloheksanol dapat bereaksi dengan reagen lucas
membentuk alkil klorida namun reaksinya lebih lambat disbanding dengan ter-butil
alkohol karena sikloheksanol merupakan alkohol sekunder. Sedangkan 1-butanol
tidak bereaksi degan reagen lucas karena 1-butanol merupakan alkohol primer.
7.
Diantara
senyawa berikut: 1-butanol, trifenil karbinol, resersinol maanakah yang tidak
mengalami oksidasi dalam pengujian bordwell-Wellman?
Jawab:
Alkohol
primer dan sekunder dapat dengan mudah teroksidasi oleh asam kromat sedangkan
alkohol tersier tidak teroksidasi. Jadi 1-butanol dan resorsinol akan
teroksidasi sedangkan trifenil karbionol tidak.
8.
Tulislah
persamaan reaksi antara fenol dan air brom! Sebutkan jenis reaksi yang terjadi!
Jawab:

Komentar
Posting Komentar